Sunday, August 28, 2011

Hewan-Hewan Terbang Aneh

Jika dikatakan hewan terbang, tentu tidaklah aneh bagi manusia mendengarnya, karena di benak seseorang pasti muncul persepsi jenis burung, seranga, atau hewan-hewan lainnya yang biasa dijumpai manusia dalam keadaan terbang. Bagaimana kalau hewan terbang ini biasa dijumpai dalam keadaan tidak terbang oleh manusia? tentu banyak yang mengatakan aneh.

Beberapa hewan mengembangkan kemampuannya untuk terbang dan awalnya tentu tidak bisa benar-benar dikatakan terbang, walaupun tidak bisa juga dikatakan melompat, tetapi lebih tepat dikatakan meluncur diudara (gliding). perubahan pada hewan-hewan ini mungkin disebabkan kebutuhan hewan ini untuk bertahan hidup dan didukung oleh mutasi dalam gen. Inilah kunci teori evolusi, yaitu mutasi dan seleksi alam.




Tupai Terbang
punya kemampuan unik yang istimewa. Ia adalah satu-satunya jenis tupai yang bisa melayang di udara. Keistimewaan ini didukung perangkat “glider” berupa lapisan kulit di sisi kiri dan kanannya yang menghubungkan kaki depan dan belakangnya. Saat si tupai meregangkan keempat kakinya, lapisan kulit ini pun terkembang bagai sayap parasut, yang membuatnya mampu melayang di udara Tupai terbang selalu menggunakan keistimewaan ini sepanjang hidupnya. Digunakan untuk berpindah tempat dari satu pohon ke pohon yang lain. Lalu ekornya yang cenderung lepes menjadi kendali prima arah penerbangannya. Gaya terbang khasnya bukanlah lurus segaris tapi membuat gerakan nyaris melengkung. Polanya, setelah melompat dari satu pohon ia membuat satu “tukikan” lalu melayang lurus, barulah membuat gerakan naik dan hup… mendarat di sasaran dengan menancapkan “roda pendarat” berupa cakar kuat yang tajam di keempat kakinya!. Rekor "terbang" yang dibukukannya adalah sejauh 50 meter dalam sekali lompatan.



Phalangers Terbang 
Sugar Gliding
Phalanger terbang ini adalah subfamily dari Possum. termasuk dalam group arboreal marsupials, Genus Petaurus terdiri dari phalanger terbang atau wrist-winged gliders (pergelangan tangan bersayap). Ada enam spesies yaitu Sugar Glider, Squirrel Glider, Mahogany Glider, Northern Glider, Yellow-bellied Glider and Biak Glider. Mereka adalah hewan asli australia dan papua. Sebagai hewan nocturnal, Phalangers terbang biasanya malam hari, tubuh mereka yang kecil (kadang-kadang sekitar 400 mm termasuk ekor), dan memiliki lipatan kulit longgar dari pergelangan tangan ke pergelangan kaki. Mereka menggunakan kulit ini untuk meluncur dari pohon ke pohon dengan melompat dan mengulurkan kaki mereka sehingga membentang. Mereka mampu meluncur sampai jarak 140 meter lebih. Selain lipatan kulit yang khas, phalangers terbang juga memiliki mata yang besar dan menghadap ke depan, serta ekor panjang pipih yang digunakan sebagai kemudi saat meluncur.Yang paling dikenal orang dari kelompok ini adalah Sugar Glider.



Lemur Terbang
 
 Lemur terbang dikenal juga dikenal dengan sebutan philippine flying lemur. Lemur terbang atau atau dalam bahasa latinnya Cycocephalus volans yang kebanyakan berasal dari Filipina. Selain flying lemur, hewan ini dikenal di seluruh dunia dengan sebutan colugo.
Lemur terbang memiliki membran yang terdapat di antara kaki mereka. Membran inilah yang membantu mereka terbang sejauh 137 meter. Mereka memiliki panjang tubuh sekitar 33-34 cm. Meskipun lemur terbang memiliki gigi seperti hewan karnivora, hewan ini mengonsumsi buah- buahan dan tumbuhan lainnya.
Di Indonesia juga terdapat lemur terbang , namun spesiesnya berbeda dengan lemur terbang di Filipina. Sebutannya pun berbeda. Di Indonesia hewan ini disebut dengan kubung pelanduk sunda atau Galeopterus variegates. Populasi lemur terbang kini dinyatakan terancam punah.



Kadal Terbang
Kadal ini adalah genus draco yaitu kadal asli indonesia. Mereka diketahui dapat meluncur sejauh 195 kaki. Tidak seperti mamalia terbang, mereka tidak memiliki kulit longgar tegang antara lengan dan kaki mereka untuk meluncur, melainkan tulang rusuk yang memanjang yang dapat ditarik dan dilebarkan keluar yang membantu mereka untuk terbang. Draco juga dikenal dengan nama naga terbang. Panjang Draco mencapai sekitar 20 cm, termasuk ekor. Mereka memiliki tubuh pipih, yang juga membantu untuk terbang yang memiliki tubuh berbintik-bintik warna cokelat. Sisi bawah sayap mereka berwarna biru pada Draco jantan dan warna kuning pada betina. Mereka juga memiliki lipatan kulit di bawah leher yang disebut dewlap. Yang berwarna kuning cerah pada jantan dan abu-abu kebiruan pada betina.

Jantan Draco sangat teritorial dan akan menggunakan kemampuan mereka untuk meluncur mengejar saingan dari dua atau tiga pohon yang mereka klaim sebagai wilayah milik mereka.
Meskipun Dracos biasanya menghindari tanah, namun Draco betina mau tidak mau harus turun ke tanah untuk bertelur. Kadal menggunakan moncong lancip nya untuk membuat lubang kecil di tanah, di mana dia meletakkan sekitar lima telur kemudian menutupi lubang tersebut dengan kotoran. Dia tetap berada di tanah tempat telur tersebut untuk menjaganya selama sekitar 24 jam, kemudian dia kembali ke pohon dan meninggalkan telur-telurnya di tanah dengan pasrah.

Naga terbang atau Draco hidup dengan memakan semut dan rayap, kadal ini hidup di hutan Philiphina, Borneo/kalimantan bagian timur, di seluruh Asia Tenggara dan Selatan India. Draco banyak di temukan di daerah ini dan tidak ada tempat konservasi untuk mereka.



Ular Terbang
 
Bersukurlah, hanya ular yang termasuk dalam genus Chrysopelea yang bisa terbang, tidak semua ular. Ular dalam genus tersebut mampu terbang – atau tepatnya melenting – dengan cara meluncur sambil meliuk dari pohon satu ke pohon lainnya hingga sejauh 79 kaki atau 24 meter. Ditemukan bahwa habitat ular golongan tersebut ada di Asia Tenggara dan Asia selatan. Ketika si ular terbang, ia akan mengerahkan gaya ke atas dari gerakannya sehingga membuatnya tak langsung jatuh. Ular tetap terangkat ke atas, walaupun ia bergerak ke bawah. Ini karena gaya yang mengarah ke atas lebih besar dari berat badan ular. Bagian depan ular akan tampak miring ke atas, kurang lebih 25 derajat, bagian ekornya akan terus bergerak-gerak sementara bagian lain akan membentuk lengkungan naik turun, seperti liukan ular ketika melata di atas tanah. Jika ular tetap pada kondisi seperti itu, ia akan terus terbang ke atas. Namun, model terbang ular tersebut ternyata hanya sementara sehingga pada akhirnya ular tetap akan jatuh ke tanah mengakhiri luncurannya.



Katak Terbang
Rhacophorus Nigropalmatus merupakan katak paling dramatis saat ini, katak terbang/flying frog begitulah namanya, hidup di atas pohon dan hanya turun ke permukaan tanah untuk melakukan perkimpoian. Juga dikenal dengan nama Wallace's flying frog.
1. Katak ini relatif kecil hanya berukuran sekitar 9 - 10 cm
2. Memiliki mata yang besar dan mencolok
3. Alat pendengaran terletak di belakang mata. disebut juga tympanum membrane.
4. Tubuh berwarna hijau terang dengan kombinasi kuning muda di bagian rusuk dan juga jari - jari serta moncong. Sayap di jari jari memiliki warna hitam
5. Termasuk amphibi arboreal yang memiliki keunikan dengan jari - jari yang bisa dilebarkan seperti sayap sampai ke kaki dan bahkan ke badan si katak
6. Ukuran anggota tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan
7. Dengan fisik tubuh seperti poin 5 dan 6, memberikan kemampuan bagi si katak untuk terbang(gliding yang lebih lama) dari satu pohon ke pohon lain.
Flying Frog hidup di atas pohon di dalam hutan tropis yang lembab, tersebar di wilayah malaysia dan kalimantan(borneo).
1. Hidup dihabiskan sepanjang hari di atas pepohonan di dalam hutan tropis
2. Katak ini mampu terbang dari satu pohon ke pohon lain, catatan jarak terjauh adalah 15 meter.
3. Ironisnya, sebagian Katak ini memilih untuk berkimpoi di kubangan badak asia yang terancam punah, sehingga hal ini juga mengganggu populasi katak ini.



Ikan Terbang
Exocoetidae atau ikan terbang adalah familia ikan laut yang terdiri atas sekitar 50 spesies yang dikelompokkan dalam 7 hingga 9 genera. Ikan terbang ditemukan di semua samudra utama, terutama di perairan tropis dan subtropis di samudera Atlantik, Pasifik dan Hindia. Ciri utamanya yang paling menonjol adalah sirip dadanya yang besar, memungkinkan ikan ini meluncur terbang secara singkat di udara, di atas permukaan air, untuk lari dari pemangsa. Peluncuran mereka biasanya sejauh sekitar 50 meter, namun mereka dapat menggunakan dorongan pada tepi gelombang hingga dapat mencapai jarak setidaknya 400m.



Mobula Ray
 
Mobula adalah genus dari Pari family Myliobatidae. Lebarnya bisa mencapai 5,2 meter dan berat bisa mencapai 1 ton. Luarbiasanya ikan ini bisa melompat setinggi 6,5 meter dari permukaan laut. Mobula banyak ditemukan di teluk california atau laut Cortez. pernah ada kecelakaan, seorang wanita diatas boat tertimpa oleh mobula yang melompat ke atas boatnya dan menimpa wanita tersebut hingga tewas (tentu, karena bobot ikan ini sangat besar). Oleh karenanya disarankan untuk tidak mendekat ke mobula jika kapal anda tingginya kurang dari 6 meter diatas permukaan laut.



Semut Peluncur
Cephalotes Atratus, spesies semut yang bersarang di pohon dapat mengatur tubuhnya saat jatuh di udara, demikian menurut sebuah artikel di "Integrative and Comparative Biology". Ketika semut jatuh dari ketinggian ekstrem kanopi hutan, mereka dapat mengatasinya dan mampu kembali ke pohon, tanpa memerlukan sayap. Para peneliti menemukan cara semut ini berseluncur yaitu dengan mengarahkan kaki belakang juga pantatnya. Cephalotes Atratus membentangkan kakinya, dan kemudian menurunkan segmen tubuh belakangnya, alias pantatnya. Ajaib! Semut berubah menjadi hewan yang aerodinamis sempurna dan dengan mudah mengendalikan tubuhnya.



Cumi Terbang
Ommastrephes bartrami, berprilaku mirip dengan ikan terbang. Hewan ini sering melompat keluar dari air, terutama dalam cuaca buruk, juga untuk menghindar dari predator dan kadang - kadang terdampar di atas dek kapal nelayan. Para ilmuwan tidak yakin bagaimana cumi-cumi ini mengelola diri mereka sendiri untuk memulai atau mempertahankan penerbangan mereka, dan cumi-cumi ini adalah satu-satunya cephalopoda yang diketahui manusia yang dapat terbang ke udara dan meluncur. Cumi-cumi ini dapat terbang mencapai ketinggian 65 kaki dari permukaan laut.