Monday, November 28, 2011

Pasar Pinggir Rel, Thailand & Indonesia

Samut Song Khram merupakan salah satu provinsi pusat (changwat) dari Thailand. bertetangga dengan provinsi Phetchaburi, Ratchaburi dan Samut Sakhon kalau kita lihat dari selatan searah jarum jam. Masyarakat setempat menyebutnya Samut Songkhram Mae Klong. Kata Samut berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Samudra laut, dan kata Songkhram dari bahasa Sansekerta yang berarti perang. Karena itu nama provinsi yang secara harfiah berarti Perang Samudra. Samut Songkhram terletak di mulut sungai Mae Klong ke Teluk Thailand. Dengan beberapa kanal (khlong) air sungai yang menyebar melalui provinsi untuk irigasi. Pada pantai yang banyak danau untuk memproduksi garam laut. Selama ini dunia lebih mengenal Talat Nam Tha Kha yang berupa pasar terapung sebagai salah satu objek budaya yang ditawarkan oleh provinsi ini.



NAMUN di Samut Song Khram, ternyata ada salah satu objek wisata berupa pasar tradisional yang terdapat dalam lintasan kereta api, bagi sebahagian wisatawan menyebut pasar ini dengan Samut Shong Kram Train Market atau dalam bahasa kita bisa disebut dengan pasar diatas rel kereta. Menariknya walaupun berada dalam lintasan kereta api, namun jangan disangka akan kumuh seperti yang dibayangkan tetapi pasar tersebut ditata dengan sangat rapi dan menggunakan atap semi permanen yang dapat dilipat saat kereta lewat. Dalam sehari kereta yang lewat dapat berkali-kali dan menjadi bagian menarik dari pasar ini.




Setiap hari di provinsi Samut Songkhram Thailand, sekitar 70 km sebelah barat daya dari Bangkok, pasar yang unik yang diselenggarakan pedagang yang harus cekatan secepat pikiran mereka. Mengapa? Karena pasar ini terletak tepat pada rel kereta api yang masih operasional. Delapan kali sehari, kereta api melewati jalur tersebut tanpa pernah berhenti dipasar, membuat para pedagang dan pengunjung menghentikan sementara kegiatan mereka, dan setelah kereta lewat, maka kegiatan pasarpun berjalan normal kembali.



Ketika kereta tiba, semua orang harus bertindak cepat, untuk membiarkan kereta berlalu tanpa menimbulkan kerusakan atau korban. Para pedagang pasar harus bergerak dua kali lebih cepat, menarik produk mereka dan menyingkirkan tenda dari atas rel, sementara para pembeli juga harus melindungi diri mereka. Kemudian, setelah kereta pergi, perniagaan berlangsung kembali.




Bagi pengunjung, masih ada lagi daya tarik selain berjalan di lintasan kereta dan menghindari kereta sesekali. Daya tarik lainnya adalah melihat semua barang yang tersedia pada lapak lapak sepanjang 100 meter di jalur kereta dekat Stasiun Klong Mae. Dari buah segar dan sayuran sampai makanan laut yang baru ditangkap, semuanya tersedia disana dan terlindung dari terik matahari dengan kanopi buatan para pedagang.

Kereta datang

Setelah kereta berlalu, tenda2pun langsung dipasang lagi

Bila Anda mempertimbangkan kenyataan bahwa Samut Song Khram adalah provinsi terkecil Thailand - hanya seluas 416 km persegi - tidak mengherankan bahwa daerah ini adalah salah satu daerah yang paling padat penduduknya di negara itu. Mengingat kondisi ini, maka penduduk harus menggunakan ruang secara cerdik untuk kegiatan ekonomi mereka. Dengan memanfaatkan ruang kosong selama kereta api tidak lewat, maka apa yang dilakukan pedagang dengan berjualan di sepanjang rel KA, ini juga cukup cerdik, karena menjawab kesulitan terbatasnya ruang tersedia yang ada.

Perhatikan video pasar ini saat kereta lewat, betapa cekatannya para pedagang pasar

Dan, sementara penjual pasar mengeluarkan energi secara teratur untuk mengepak dan membuka toko, dan menghadapi bahaya yang selalu mengintai, namun ini jelas setimpal. dengan pertimbangan bahwa banyak orang yang melintas disana atau banyak pembeli potensial disana.


Sekarang bandingkan dengan  Pasar-Pasar pinggir rel kereta di Indonesia
Foto diatas adalah foto Pasar Belawan Medan. Mungkin karena menjadi pasar gelap sehingga tak terurus atau memang budaya kita yang membuatnya begini?


Kebanyakan yang berjualan di pasar yang terletak di Jakarta ini adalah orang-orang pendatang. Pembelinya biasanya orang-orang yang tinggal di pinggir rel juga. Entah hal apa yang membuat mereka berjualan di tempat ini. Padahal nyawa menjadi taruhan. Mungkin karena desakan ekonomi.


Pasar Gaplok begitulah warga sekitar biasa menyebutnya. Pasar yang beroperasi disisi rel kereta api ini sangat menyeramkan, karena ketika pengunjung sedang asik berbelanja sayuran, tiba-tiba kereta api lewat dengan lajunya sehingga harus cepat-cepat menyingkir. Anehnya walaupun sudah beberapa kali pasar yang berlokasi di daerah tanah tinggi Jakarta Pusat ini ditertibkan, tetap saja masih banyak para pedagang yang menjajakan sayurannya dan ramai di kunjungi pembeli.


Pedagang dan pembeli menghindari sebuah kereta yang lewat di lintasan stasiun Duri, Jakarta. Pasar tradisional masing dianggap penting sebagai media jual beli masyarakat kelas bawah sehingga perlu penanganan pemerintah yang lebih baik.


Pasar Dupak Margesari
Pasar tradisional yang terletak tepat di belakang kompleks Pasar Turi itu berdiri di atas rel kereta. Biasanya, kereta yang lewat berasal dari Stasiun Semut dan Stasiun Sidotopo menuju Stasiun Pasar Turi. Kereta-kereta tersebut biasanya baru saja mendapat perawatan rutin. Paling tidak, panjang jalur kereta yang dipakai mencapai 500 meter. Dalam sehari, kereta melintas sebanyak empat kali.


Source