Tuesday, January 24, 2012

Platypus (Ornithorhynchus anatinus)

Inilah mungkin hewan paling aneh di dunia. Bahkan ada yang menganggap hewan ini adalah bentuk selera humor nya Tuhan. Dari bentuknya yang campur campur, mulut bebek, tubuh berang berang dll, platypus ini bertelur namun dia juga menyusui anaknya yang telah menetas. Meskipun menyusui, platypus tidak memiliki puting. Mereka berburu dengan sensor listrik, dan memiliki 80 macam racun pada bisa nya. Bahkan sebelum National Geographic tahun 1939 menunjukkan keberadaannya, banyak orang eropa yang tidak mempercayai keberadaan hewan ini



Platipus adalah hewan semi-akuatik yang banyak ditemui di bagian timur benua Australia. Walaupun Platipus bertelur tapi ia tergolong ke dalam kelas Mammalia karena ia menyusui anaknya. Platipus juga sering dikenal dengan nama duck-billed Platypus atau Platypus berparuh bebek disebabkan bentuk paruhnya yang menyerupai bebek.


Platipus termasuk binatang yang aneh dari kerajaan Animalia. Binatang ini Mammalia tapi bertelur (mayoritas Mammalia beranak seperti anjing, kucing, beruang, dan sebagainya). Platipus memiliki paruh yang seperti bebek dan kaki berselaput. Seperti halnya kangguru dan koala, platipus menjadi simbol fauna Australia dan dapat ditemui di koin 20 sen Australia.

Fisiologi
Temperatur tubuh platipus kira-kira 32oC. Temperatur ini lebih rendah dari kebanyakan Mammalia (sekitar 38oC). Tubuh platipus ditutupi bulu berwarna coklat yang menjaga agar tubuhnya tetap hangat. Kaki platipus berselaput seperti bebek. Platipus juga memiliki paruh seperti bebek. Paruh ini digunakan sebagai organ sensor.


Berat platipus berkisar antara di bawah 1 kg sampai dengan lebih dari 2 kg. Panjang tubuhnya sekitar 30-40 cm dan panjang ekornya sekitar 10-15 cm (jantan) dan 8-13 cm (betina). Platipus jantan lebih besar hingga 3x betinanya. Platipus juga adalah hewan berbisa (venom). Bisa ini mungkin digunakan dalam pertarungan perebutan wilayah atau pertempuran antar teman.


Ekologi dan tabiat
Platipus adalah hewan malam dan semi-akuatik. Platipus adalah perenang yang baik dan menghabiskan banyak waktunya di dalam air untuk mencari makanan. Ketika berenang, platipus menutup matanya rapat-rapat dan menyerahkan sisanya kepada indra electroreceptionnya. Keempat kaki platipus berselaput. Ketika ia berenang, ia mengayuh dengan menggunakan kedua kaki depannya. Dan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya digunakan ekornya dan kedua kaki belakangnya. Platipus memakan cacing, larva serangga, dan yabbie yang digalinya atau ia tangkap pada saat berenang.

Venom
Baik platypus jantan maupun betina dilahirkan dengan taji di pergelangan kaki, namun hanya laki-laki memiliki taji yang menghasilkan koktail racun, sebagian besar terdiri dari protein mirip-defensin (DLPs) dan tiga diantaranya hanya mereka yang memiliki. Protein defensin diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh platypus. Meski cukup kuat untuk membunuh binatang kecil seperti anjing, racun tidak mematikan bagi manusia, tetapi begitu menyiksa sehingga korbannya mungkin akan mengalami lumpuh. Oedema cepat berkembang di sekitar luka dan secara bertahap menyebar ke seluruh anggota badan yang terkena.

Informasi yang diperoleh dari sejarah kasus dan bukti bersifat anekdot, menunjukkan rasa sakit berkembang menjadi hiperalgesia berkepanjangan (kepekaan yang meningkat terhadap nyeri) yang berlangsung selama beberapa hari atau bahkan berbulan-bulan. Venom diproduksi dalam kelenjar crural platypus jantan, yang adalah kelenjar alveolar berbentuk ginjal dihubungkan oleh pembuluh berdinding tipis ke taji kalkaneus pada setiap kaki belakang. Platypus betina, yang sama dengan echidnas, memiliki taji yang tidak berkembang (lepas sebelum akhir tahun pertama mereka)


Venom tampaknya memiliki fungsi yang berbeda dari yang dihasilkan oleh spesies nonmammalian: dampaknya tidak mengancam hidup manusia, namun tetap cukup kuat untuk secara serius merusak korban. Karena hanya jantan yang menghasilkan racun dan produksinya meningkat selama musim kawin, mungkin racun itu digunakan sebagai senjata ofensif untuk menegaskan dominasi mereka selama periode ini


Electrolocation
Monotremes, adalah mamalia yang memiliki indra electroreception: mereka menemukan mangsa mereka dengan mendeteksi medan listrik yang dihasilkan oleh kontraksi otot mangsa mereka. Electroreception platypus adalah yang paling sensitif dari semua monotreme.

Electroreceptors berada pada paruhnya, dan dengan paruhnya inilah dia mencari mansanya. Platypus mencari makan tanpa penglihatan atau penciuman, karena mereka menutup mata, telinga, dan hidung setiap kali penyelaman. Sebaliknya, ketika menggali di dasar sungai dengan paruhnya nya, electroreceptors yang mereka miliki mendeteksi arus listrik kecil yang dihasilkan oleh kontraksi otot mangsanya, sehingga memungkinkan mereka untuk membedakan antara benda hidup maupun mati, yang terus merangsang mechanoreceptors nya. Percobaan telah menunjukkan platypus bahkan akan bereaksi terhadap "udang buatan" jika sebuah arus listrik kecil melewatinya..


Reproduksi
Platipus menelurkan telur yang mirip dengan telur reptil, dan sedikit lebih bundar daripada telur burung. Platipus betina biasanya menelurkan dua telur pada saat yang bersamaan. Walaupun kadang-kadang memungkinkan platipus betina menelurkan satu atau tiga telur. Periode inkubasi-nya terbagi menjadi tiga bagian.

1. Tahap pertama: embrio tidak memiliki satupun organ fungsional dan bergantung pada kantung merah telur untuk bernafas.
2. Tahap kedua: jari-jari kaki mulai muncul.
3. Tahap ketiga: gigi muncul.


Telur menetas seusai periode inkubasi yang berlangsung sekitar 10 hari. Setelah telur menetas, keluarlah bayi platipus tidak berambut yang langsung melekat pada induknya. Sang induk kemudian akan menyusui anaknya yang buta dan peka. Bayi platipus akan meninggalkan sarangnya setelah berusia 17 minggu (kurang lebih 4 bulan lewat).

Organ reproduksi platipus mirip dengan burung (aves). Platipus betina memiliki sebuah ovarium yang terdiri dari ovarium kanan dan ovarium kiri dimana ovarium kanan tidak tumbuh sempurna (sama dengan burung).




Subhanallah