Sunday, April 21, 2013

Bagan - Kota Kuno dengan Ribuan Candi

Terletak di tepi Sungai Ayeyarwady (Irrawaddy), di Wilayah Mandalay Burma, terletak kota kuno Bagan. Dari abad 9 sampai abad 13, kota itu merupakan ibukota Kerajaan Pagan, dan pusat politik, ekonomi dan budaya dari Kekaisaran Pagan. Selama masa jaya kerajaan tersebut antara abad 11 dan 13, para penguasa Pagan yang kaya menugaskan pembangunan ribuan candi yang dibangun di dataran Bagan. Diperkirakan lebih dari 10.000 kuil Buddha, pagoda dan biara pernah berdiri di dataran seluas 100 km di pusat Myanmar tersebut, dan hanya 2200 kuil dan pagoda masih bertahan sampai hari ini.



Bagan menjadi pusat kekuasaan pada pertengahan abad ke-9 di bawah Raja Anawratha, yang menyatukan Burma di bawah Buddhisme Theravada. Selama 250 tahun, para penguasa Bagan dan para bangsawan mereka membangun lebih dari 10.000 monumen keagamaan di dataran Bagan. Kota makmur ini kemudian tumbuh besar dan megah, dan menjadi pusat kosmopolitan untuk studi agama dan sekuler. Para pelajar dan para rahib dari negeri-negeri tetangga, seperti India, Srilangka serta Kekaisaran Khmer datang ke Bagan untuk belajar prosodi, fonologi, tata bahasa, astrologi, kimia, kedokteran, dan hukum.


Zaman keemasan Bagan berakhir tahun 1287 ketika Kerajaan dan ibukotanya diserbu dan dirusak oleh bangsa Mongol. Populasinya berkurang menjadi populasi sebuah desa yang masih menetap di antara reruntuhan yang dulunya adalah sebuah kota besar. Monumen keagamaan baru masih terus dibangun hingga pertengahan abad ke-15 dan setelah itu, hanya 200 candi yang dibangun antara abad ke 15 dan 20. Ibukota lama terus menjadi tujuan ziarah ziarah namun difokuskan hanya pada kuil yang paling menonjol. Ribuan kuil sisanya yang kurang terkenal, menjadi tidak terawat dan rusak, dan sebagian besar tidak bertahan dalam ujian waktu. Yang lainnya dikonsumsi oleh bencana alam, seperti gempa bumi.


Di masa kini, hanya lusinan candi yang tetap terpelihara. Pada tahun 1990-an, pemerintah membuat upaya untuk merenovasi pagoda-pagoda yang rusak, tetapi kegagalan untuk mempertahankan gaya arsitektur asli dan penggunaan bahan-bahan modern untuk renovasi, memancing kecaman luas dari sejarawan seni dan preservationists seluruh dunia. Bagan harus membayar tindakan pemerintah myanmar yang tidak bertanggung jawab itu ketika UNESCO menolak kota ini untuk dijadikan sebagai Situs Warisan Dunia karena cara renovasi yang tidak sesuai sejarah, meskipun pemerintah myanmar tetap mengatakan bahwa ibukota kuno dari ratusan candi yang belum direstorasi dan korpus besar prasasti batu, semua itu lebih dari cukup dan layak untuk mendapatkan gelar situs warisan dunia.





















Source