Wednesday, March 5, 2014

Dari Brontosaurus yang Fiktif Hingga Dinosaurus Berbulu

Jika anda ditanya apa nama dinosaurus raksasa dengan kepala kecil, leher dan ekor panjang, tentu jawaban yang terlintas di benak anda adalah Brontosaurus. Namun sebenarnya secara ilmiah, tidak ada dinosaurus bernama Brontosaurus!



Lalu bagaimana nama brontosaurus bisa muncul membintangi lanskap prasejarah imajinasi populer begitu lama?

Semua itu berawal dari 130 tahun yang lalu, saat paleontologi berkembang di AS dan ada masa yang dikenang sebagai "Bone Wars".

Bone Wars atau 'Perang Tulang' ini adalah nama yang diberikan untuk kompetisi sengit antara dua ahli paleontologi, OC Marsh dari Yale dan Edward Drinker Cope dari Philadelphia. Ambisi ilmiah kedua orang ini, membuat mereka berlomba menemukan fosil baru dan mempublikasikannya terlebih dahulu, masing-masing berusaha untuk mengalahkan yang lain.

Baik Cope atau Marsh bahkan pernah memerintahkan kolektor fosil mereka untuk menghancurkan kerangka yang masih berada di tanah, hanya agar orang lain tidak bisa mendapatkannya. Ya, ini persaingan yang sengit saat itu.

Sama seperti manusia lainnya, uang dan ketenaran/popularitas, dua hal ini juga bisa merusak obyektifitas dan ketelitian seorang ilmuwan
.
Dalam suasana panas kompetisi ini, pada tahun 1877, Marsh menemukan kerangka parsial terdiri dari fosil tulang leher dan ekor yang panjang, yang kemudian dia beri nama Apatosaurus. Namun tengkorak dari fosil ini tidak ditemukan saat itu, sehingga pada tahun 1883 ketika Marsh menerbitkan rekonstruksi Apatosaurus nya, ia menggunakan kepala dinosaurus lain - yaitu Camarasaurus - untuk menyelesaikan kerangka.


Dua tahun kemudian, kolektor fosil nya yang bekerja di luar mengirimkan kerangka kedua kepada Marsh, dan ia pikir milik dinosaurus yang berbeda yang kemudian ia beri nama Brontosaurus. Tapi itu bukan dinosaurus yang berbeda. Kerangka kedua ini sebenarnya adalah fosil Apatosaurus yang ditemukan lebih lengkap. Keterburu-buruan dan kecerobohan Marsh dalam menyimpulkan bahwa itu adalah dinosaurus jenis baru karena didorong oleh keinginannya untuk segera melebihi Cope dalam hal penemuan dan penamaan fosil dinosaurus.

Meskipun kesalahan ini telah ditemukan dan diketahui oleh para ilmuwan lain secara luas pada tahun 1903, namun nama Brontosaurus tetap beredar di masarakat awam. Film, buku, perangko dan lain-lain telah ikut menyebarkannya ke dunia dan memenuhi imajinasi anak-anak. Museum Carnegie di Pittsburgh bahkan memamerkan kerangka Apatosaurus dengan kepala yang salah pada tahun 1932. Sikap apatis dari masyarakat ilmiah dan kelangkaan tengkorak Apatosaurus yang terawat baik, membuat kerangka Apatosaurus dengan kepala yang salah tersimpan di Museum Carnegie selama hampir 50 tahun.

Foto dari tahun 1934 ini menunjukkan Carnegie Museum kerangka Apatosaurus di Museum Carnegie (kanan), memakai tengkorak yang salah

Kemudian saat dua peneliti Carnegie meneliti kembali pada kontroversi ini, mereka menyadari kesalahan tengkorak tersebut. Mereka kemudian menggantikan dengan tengkorak Apatosaurus yang benar yang ditemukan di sebuah tambang di Utah pada tahun 1910. Pada tahun 1979 kepala yang benar ditempatkan di atas kerangka Apatosaurus di museum tersebut.

Jadi Brontosaurus hanyalah kesalahan identifikasi dari fosil spesies yang telah diberi nama sebelumnya, yaitu Apatosaurus. Dengan kata lain, tidak ada dinosaurus yang bernama Brontosaurus. Beberapa buku dan situs yang tetap ingin menyebutkannya, biasanya menambahkan kata 'atau' sehingga menjadi  "Brontosaurus atau Apatosaurus". Dan ...  Brontosaurus sebenarnya adalah nama yang lebih baik. Brontosaurus berarti kadal guntur, sebuah nama yang menggugah , sedangkan Apatosaurus berarti kadal penipu, nama yang sedikit membosankan ....

Dalam Film Flintstone pun disebutkan Brontosaurus

Dan sebenarnya miskonsepsi publik tentang dinosaurus lebih dari sekedar Brontosaurus. Sampai hari ini, kita melihat kesalahan dalam budaya populer. T-rex digambarkan masih berdiri tegak meskipun bukti terbaru mengatakan bahwa postur tubuhnya hampir horizontal. Dalam film Jurassic Park, Dilophosaurus memiliki jumbai-jumbai besar dan menyemburkan racun. Padahal tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan adanya dinosaurus yang berbisa atau yang menyatakan bahwa Dilophosaurus tampak seperti itu.

Dalam hal membawa dinosaurus kembali ke kehidupan, memang tidak ada yang lebih baik daripada film. Film membawa dinosaurus kembali kepada kita dengan cara yang benar-benar hanya bisa kita bayangkan. Dan ketika keinginan untuk menyenangkan penonton dan keinginan untuk seakurat ilmu pengetahuan mulai bertabrakan, ilmu pengetahuan tidak selalu dimenangkan.

Ilmu pengetahuan itu berkembang dan dapat berubah berdasarkan bukti-bukti ilmiah baru. Tapi sulit bagi kita untuk melepaskan ikatan emosional kita untuk apa yang pernah kita anggap sebagai sebuah kenyataan. Misal: masih banyak orang yang kecewa bahwa Pluto tidak lagi digolongkan sebagai planet, meskipun pluto masih tetap ada dan selalu tinggal di sabuk Kuipers! Pluto tidak hilang - hanya tidak berhak menyandang kata planet di depannya. Hal yang sama terjadi pada pandangan modern kita tentang dinosaurus theropoda. Kita sekarang tahu bahwa banyak dari mereka tertutup bulu, atau berbulu.

Ilustrasi T-Rex Berbulu

Sutradara "Jurassic Park 4" di tweetnya dengan singkat mengatakan "tidak ada bulu di JP4". Dan itu dilakukan hanya agar film tersebut tidak ditinggalkan penonton karena bagi masarakat awam penggemar dinosaurus, akan terlihat aneh jika melihat dinosaurus-dinosaurus berbulu. Padahal telah lebih 20 tahun lamanya para ahli paleontologi menemukan bukti bahwa dinosaurus non unggas banyak yang berbulu. Bahkan Tyrannosaurus rex sendiri juga memiliki bulu. Tapi semua itu tidak akan kita lihat di "Jurassic Park 4" karena penggemar tidak menyukainya, karena orang-orang lebih mencintai dan terbiasa dengan dinosaurus seperti yang selama ini digambarkan, bukan yang berbulu.

Dan Inilah Gambaran Dinosaurus Saat ini


Baca Juga:






Dari berbagai sumber