Cahaya yang aneh ini telah dilaporkan terlihat di Hessdalen sejak tahun 1940-an atau sebelumnya. Aktivitas tinggi cahaya Hessdalen berlangsung dari Desember 1981 sampai musim panas 1984 ketika cahaya-cahaya muncul hingga 15-20 kali per minggu. Frekuensi lampu menyebabkan berkumpulnya banyak wisatawan yang tinggal di sana dalam semalam untuk melihat fenomena tersebut. Sejak itu, jumlah kemunculan cahaya-cahaya Hessdalen telah menurun dan sekarang cahaya-cahaya hanya teramati 10-20 kali per tahun.
Tapi sekarang para ilmuwan berpikir bahwa bola cahaya tersebut dapat dibentuk oleh 'baterai' alami yang terkubur jauh di bawah tanah, yang diciptakan oleh mineral logam yang bereaksi dengan sungai belerang yang mengalir melewatinya.
Beberapa cahaya melayang lembut di langit selama dua jam, sementara yang lain berkedip putih atau biru melalui lembah, menghilang dalam hitungan detik.
Seorang insinyur komputer bernama Erling Strand dari Universitas Ostfold, Norwegia, telah mencari penjelasan fisis di balik fenomena alam ini sejak tahun 1982, ketika fenomena bola cahaya ini mulai menarik perhatian pers dan ilmuwan.
Dia mendirikan Proyek Hessdalen dalam upaya untuk menyatukan para ahli mencoba untuk mengungkap misteri bagaimana bola misterius itu terbentuk, dan mampu dengan cepat mengesampingkan teori bahwa cahaya tersebut berasal dari pesawat, kendaraan atau bangunan.
Para peneliti melihat fluktuasi kecil dalam medan magnet di area tersebut sebelum penampakan bola cahaya, tetapi ketika mereka mengukur radioaktivitas dan aktivitas seismik (yang keduanya dapat menyebabkan fenomena semacam ini), tidak ada yang tidak biasa di area yang terletak 400 km utara Oslo ini.
Sebuah tim ahli internasional kemudian mengukur ukuran, bentuk dan kecepatan bola dengan menggunakan radar dan analisis spektral untuk memeriksa unsur-unsur yang membentuk cahaya.
Mereka mengungkapkan bahwa bola-bola cahaya ini tidak bersuara, tampak 'dingin' dan tidak meninggalkan tanda hangus di tanah, tidak seperti bola petir. Namun mereka mensterilkan area saat kontak, membunuh mikroba tanah.
Jader Monari dari Institut Astronomi Radio di Medicina, Italia, telah mempelajari situs Hessdalen sejak tahun 1996 dan menemukan bahwa batu-batu di lembah tersebut kaya akan seng dan zat besi di salah satu sisi sungai yang mengalir melewatinya, dan kaya akan tembaga di sisi lainnya.
"Jika ada belerang dalam air sungai yang berada di tengah, maka itu akan membuat baterai yang sempurna", katanya.
Bersama dengan seorang rekan dari University of Bologna, mereka menggunakan sampel batuan untuk menciptakan sebuah lembah miniatur yang komposisi dan bentuknya mirip dengan lembah Hessdalen serta membuat sungai mini dengan sedimen sungai lembah tersebut. Mereka menemukan bahwa listrik mengalir antara dua batu dan dapat menyalakan lampu.
Monari percaya bahwa gelembung gas terionisasi dibuat ketika asap belerang dari Sungai Hesja bereaksi dengan udara lembab di lembah. Secara geologi juga membentuk garis-garis medan elektromagnetik di lembah, yang dapat menjelaskan mengapa bola cahaya bergerak.
Medan listrik ini menciptakan lintasan yang bisa menjadi 'jalan utama' dari cahaya-cahaya di dalam lembah", kata Dr Monari Caroline Williams.
Bjorn Gitle Hauge, seorang insinyur listrik di Ostfold University, berpikir bahwa energi yang diperlukan untuk membuat awan cahaya bisa datang dari penambahan muatan listrik.
Ada banyak teori yang bersaing lainnya tentang bagaimana bola-bola cahaya tersebut terbentuk , meskipun teori baterai tampaknya yang paling mungkin berdasarkan bukti saat ini.
Beberapa ahli berpikir semacam plasma menyebabkan cahaya seperti ketika gas terionisasi membentuk awan ion (plasma) yang menghasilkan cahaya. Plasma dapat cukup dingin untuk disentuh dan juga dapat membunuh mikroba, tetapi mereka membutuhkan suhu yang sangat tinggi dan pasokan besar energi untuk terbentuk.
Yang lain percaya bola-bola cahaya di Hessdalen adalah jenis bola petir (lightning ball), karena bola cahaya yang sama yang terlihat dan telah dianalisis di tiongkok menunjukkan mereka terbentuk dari silikon, besi dan kalsium - yang juga ada dalam bola cahaya Hessdalen, namun bola Hessdalen juga memiliki unsur yang disebut skandium. Tapi bola cahaya Hessdalen tidak muncul ketika ada petir, yang menyebabkan Dr Hauge menyarankan ide lain.
Dia mengusulkan bahwa bentuk lembah, iklim dan geologi menghasilkan muatan listrik besar-besaran dan listrik statis pada gunung-gunung itu terlecut oleh angin kencang.
Ahli lain percaya bahwa bola-bola cahaya didukung oleh radioaktivitas dan peluruhan radon di atmosfer. Mereka berpikir bola cahaya terbuat dari 'plasma berdebu' yang mengandung partikel-partikel debu terionisasi. Para ahli ini juga akan mencari kehadiran radon di lembah untuk menguji gagasan mereka bahwa gelembung gas bisa tererupsi dari tanah, mengambil debu dan masuk udara sebagai bola bercahaya.
Baca Juga:
Source