Friday, December 19, 2014

Apakah Ledakan Sinar Gamma Membatasi Eksistensi Kehidupan?

Kira-kira sekali sehari, sesuatu yang luar biasa terjadi: langit menyala oleh kilat terang energi selama beberapa detik, ledakan misterius ini - datang dari arah acak, berbeda setiap kali - bersaing di antara benda-benda terang di langit.



Namun tak seorang pun pernah menyaksikan kilat terang seperti itu secara langsung: energi tersebut hampir seluruhnya dalam bentuk sinar gamma, yang mata manusia tidak dapat mendeteksinya. Bahkan jika mata kita dapat mendeteksinya, sinar gamma ini tidak bisa menembus atmosfer. Hanya melalui satelit yang mengorbit bumi, kita tahu tentang kehadiran ledakan misterius ini.

Peristiwa ini dikenal sebagai ledakan sinar gamma, atau Gamma Ray Burst. Mereka mewakili ledakan paling kuat dari energi di alam semesta setelah Big Bang itu sendiri, setara dengan seluruh energi yang dipancarkan matahari sepanjang hidupnya dan menjejalkannya ke satu aktivitas yang berlangsung selama hitungan detik! Ini adalah salah satu misteri yang paling abadi dari alam semesta sejak penemuan mereka pada tahun 1960, hanya baru-baru ini mereka mulai mengungkapkan rahasia mereka.

Para peneliti mengatakan bahwa kemungkinan sebuah ledakan sinar gamma, telah memicu kepunahan massal di Bumi miliaran tahun lalu.

Ledakan mematikan ini bisa membantu menjelaskan apa yang disebut Paradoks Fermi, yang kontradiksi antara kemungkinan yang tinggi adanya kehidupan asing di alam semesta dengan kurangnya bukti yang mendukungnya.

Selama ini telah di teorikan (tepatnya hipotesis) bahwa ledakan sinar gamma dapat disebabkan oleh ledakan bintang raksasa yang dikenal sebagai hypernova, atau tabrakan antara pasangan bintang mati yang disebut bintang neutron.

Jika ledakan sinar gamma meledak di dalam Bima Sakti, maka itu bisa mendatangkan malapetaka yang luar biasa jika arah jet sinar gamma menunjuk langsung pada bumi, bahkan dari jarak ribuan tahun cahaya. Meskipun sinar gamma tidak akan menembus atmosfer bumi cukup baik untuk membakar tanah, mereka secara kimia akan merusak atmosfer, melucuti lapisan ozon yang melindungi planet ini dari sinar ultraviolet yang merusak yang bisa memicu kepunahan massal. Ada juga kemungkinan bahwa ledakan sinar gamma dapat memuntahkan sinar kosmik, yang merupakan partikel berenergi tinggi yang dapat menciptakan kondisi yang mirip dengan ledakan nuklir bagi mereka di sisi bumi yang menghadap ledakan, menyebabkan penyakit radiasi.


Untuk melihat betapa besar ancaman ledakan sinar gamma dapat menimbulkan kerusakan di Bumi, peneliti menyelidiki seberapa besar kemungkinan ledakan tersebut bisa mengakibatkan kerusakan pada Bumi di masa lalu.

Ledakan sinar gamma secara tradisional dibagi menjadi dua kelompok - panjang dan pendek - tergantung dari lamanya, lebih atau kurang dari 2 detik. Ledakan sinar gamma yang panjang terkait dengan kematian bintang-bintang besar, sementara ledakan sinar gamma pendek kemungkinan besar disebabkan oleh merger dari bintang neutron.

Pada umumnya, ledakan sinar gamma panjang terjadi di galaksi yang sangat berbeda dengan Bima Sakti, yaitu galaksi kerdil yang hanya sedikit memiliki unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium. Oleh karenanya ledakan sinar gamma panjang yang terjadi di Bima Sakti kemungkinan akan terbatas pada wilayah galaksi yang memiliki sedikit unsur-unsur berat.

Para ilmuwan menemukan kemungkinan bahwa ledakan sinar gamma panjang bisa memicu kepunahan massal di Bumi adalah 50 persen pada 500 juta tahun terakhir, 60 persen pada 1 miliar tahun terakhir, dan lebih dari 90 persen dalam 5 miliar tahun. Sebagai perbandingan, umur tata surya kita adalah sekitar 4,6 miliar tahun.

Ledakan sinar gamma singkat/pendek terjadi sekitar lima kali lebih sering daripada yang lama/panjang. Namun, karena ledakan ini pendek dan lemah, para peneliti menemukan mereka tidak memiliki efek yang mengancam kehidupan di Bumi. Para peneliti juga menghitung bahwa ledakan sinar gamma dari galaksi di luar Bima Sakti mungkin tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi.

Temuan ini menunjukkan bahwa ledakan sinar gamma terdekat mungkin telah menyebabkan salah satu dari lima kepunahan massal terbesar di Bumi, seperti kepunahan Ordovician yang terjadi 440 juta tahun yang lalu. Kepunahan Ordovisium adalah kepunahan awal dari 5 peristiwa kepunahan massal di bumi, dan dianggap oleh banyak orang sebagai kepunahan massal yang terbesar kedua.

Para ilmuwan juga meneliti bahaya bahwa ledakan sinar gamma dapat mengancam kehidupan di tempat lain di Bima Sakti. Bintang-bintang semakin memadat saat kita menuju pusat galaksi, yang berarti jika ada kehidupan disana, maka akan menghadapi kemungkinan bahaya yang lebih besar dari ledakan sinar gamma. Kehidupan di wilayah sekitar 6.500 tahun cahaya di sekitar inti Bima Sakti, di mana 25 persen dari bintang galaksi berada, menghadapi lebih dari 95 persen peluang bencana dari ledakan sinar gamma yang mematikan dalam 1 miliar tahun terakhir. Para peneliti menyarankan bahwa kehidupan seperti yang dikenal di Bumi bisa bertahan dengan pasti hanya jika berada di pinggiran Bima Sakti, lebih dari 32.600 tahun cahaya dari pusat galaksi.

Para peneliti juga menjelajahi bahaya ledakan sinar gamma pada alam semesta secara keseluruhan. Mereka berpendapat bahwa karena semburan sinar gamma, kehidupan seperti yang dikenal di Bumi dengan aman mungkin berkembang pada hanya 10 persen dari galaksi. Mereka juga menunjukkan bahwa kehidupan tersebut hanya bisa berkembang dalam 5 miliar tahun. Sebelum itu, galaksi-galaksi lebih kecil dalam ukuran, dan karenanya ledakan sinar gamma akan selalu cukup dekat untuk menyebabkan kepunahan massal untuk setiap planet yang berpotensi memiliki kehidupan.

Ini mungkin penjelasan, atau setidaknya satu bagian dari penjelasan, untuk paradoks Fermi atau 'Big Sience': "Mengapa kita (manusia bumi) belum bertemu dengan peradaban maju (alien) sejauh ini? Bima Sakti jauh lebih tua dari tata surya kita dan jumlah sistem planet dengan kondisi yang sama dengan Bumi sangatlah besar - bagi kehidupan untuk berkembang di tempat lain di galaksi. jadi mengapa kita belum menemukan atau ditemukan sebuah peradaban yang maju sejauh ini?"


Jawaban untuk paradoks Fermi mungkin adalah bahwa ledakan sinar gamma telah melanda banyak planet yang memiliki kehidupan. Kritik yang paling tajam untuk perkiraan ini adalah bahwa kita membahas kehidupan seperti yang kita kenal di Bumi. Padahal kehidupan bisa saja memiliki bentuk yang sangat berbeda dari kehidupan bumi dan mereka bisa bertahan terhadap radiasi dari ledakan sinar gamma ...




Baca Juga:






Sumber: Livescience