Sebagian besar meteor yang kita amati adalah partikel debu seukuran butiran pasir. Saat partikel-partikel ini menyerang atmosfer bumi dengan kecepatan tinggi, udara di sekitarnya dipanaskan sampai titik di mana ia terionisasi dan bersinar. Meteor itu sendiri biasanya terbakar sangat cepat dan tidak pernah mencapai tanah. Ada sejumlah kecil debu menyebar ke seluruh sistem tata surya kita, dan ini adalah mengapa mereka dapat terjadi setiap saat.
Hujan meteor terjadi ketika ada konsentrasi partikel debu masuk ke atmosfer bumi. Hal ini terjadi ketika Bumi melewati dekat orbit komet. Saat komet melewati bagian dalam tata surya, cahaya dan panas dari matahari menyebabkan permukaannya melontarkan gas dan debu. Inilah yang memberikan sebuah komet ekornya, tetapi juga berarti bahwa komet melepaskan jejak debu. Debu yang banyak ini terus mengorbit Matahari di lintasan yang sama seperti komet itu sendiri. Kemudian saat Bumi melalui wilayah tersebut, banyak meteor masuk ke atmosfer bumi dan dapat terjadi dalam hitungan jam.
Bagi banyak hujan meteor, kita benar-benar tahu komet apa yang menyebabkannya. Misalnya, hujan meteor Perseid berasal dari sebuah komet yang dikenal sebagai Swift-Tuttle, yang terakhir kali melewati dekat Matahari pada tahun 1992 dan tidak akan kembali sampai tahun 2126. Hujan meteor Orionid akan terjadi pada bulan Oktober memiliki asal-usul dari Komet Halley .
Karena kita tahu bahwa hujan meteor berasal dari komet, lalu kenapa kita tidak menamai mereka dengan nama komet asal mereka? Hujan meteor telah dikenal jauh sebelum mereka diketahui terkait dengan komet asal mereka, oleh karenanya mereka diidentifikasi dengan wilayah langit dari mana mereka seakan terlihat muncul atau berasal. Perseids sebagian besar terlihat muncul dari daerah dekat konstelasi Perseus, maka dinamai Perseid. Alasan hujan meteor muncul dari daerah yang sama dari langit adalah bahwa sebagian besar dari mereka menyerbu masuk ke atmosfer bumi dari arah yang sama secara umum (arah orbit kometnya). Karena perspektif, kita melihat meteor seakan datang dan berasal dari arah yang sama dengan satu wilayah langit, seperti rel kereta api paralel yang seakan muncul dari satu titik di cakrawala.
Di bulan agustus, bumi melintas dekat salah satu orbit komet yaitu komet Swift-Tuttle yang penuh dengan awan partikel debu dari komet tersebut. Ini menyebabkan bumi akan mengalami hujan meteor Perseid yang akan mencapai puncaknya pada 12-13 Agustus 2015 malam ini. Untuk melihatnya, amati dengan seksama rasi bintang Perseus di arah Timur Laut menjelang tengah malam. Cahaya-cahaya komet akan muncul dari titik radian dekat rasi bintang tersebut.
Sebuah perspektif dari bumi di orbitnya, orbit komet 109P / Swift-Tuttle, dan radian hujan meteor Perseid, yang menunjukkan hubungan spasial mereka pada 12 Agustus 00:00 UTC. Awan debu Perseid yang cukup lebar (~ 0.1 AU), mengisi frame.
Baca Juga: