Benteng Derawar adalah daerah yang dikelilingi tembok besar yang melambangkan kemegahan dari zaman kuno. Namun para arsitek saat itu telah mampu mengembangkan konsep kekuatan - kekuatan yang terletak pada dinding besar yang mereka pikir harus menjadi solusi terbaik untuk perlindungan terhadap fenomena cuaca dan mata jahat dari musuh-musuh mereka. Waktu telah membuktikan efikasi benteng bahkan setelah rentang waktu lebih dari 1100 tahun, benteng Derawar tetap megah berdiri seperti baru dibangun kemarin hari.
Meskipun kemegahan benteng masih utuh, beberapa bagian telah rapuh membusuk karena tangan kejam waktu. Butuh Perhatian segera, untuk menyelamatkan benteng yang telah berabad-abad lamanya menyaksikan kilau kilau dari banyak pedang beradu satu sama lain dan dinding temboknya yang berbau darah tentara yang mencoba menaklukkan struktur massif ini.
Derawar adalah benteng tertua dan sumber air tunggal di padang pasir luas Cholistan. Benteng besar dengan menara yang kuat adalah unik, mengesankan dan dan menginspirasi - benteng ini dapat terlihat dari jarak bermil-mil. Besar penopang menambah kemuliaan dan rasa perlindungan, dan itulah yang menjadi tujuan Pangeran Dew Rawal ketika ia memerintahkan pembangunan struktur ini di tahun 852 AD.
Dev Rawal adalah Raja Bhatti dari Jaisalmir, memerintahkan untuk membangun secara kolosal sebuah benteng di sekitar pohon yang diyakini suci dan untuk melindungi ternak dari serangan serigala. Pangeran Jaisalmir memagar pohon misteri demi perlindungan dari semak suci yang masih dapat ditemukan di halaman benteng. Terlepas dari legenda ini, benteng dibangun dengan kokoh dan membantu para penguasa untuk bertahan dari serangan luar.
Arsitektur benteng ini lebih berorientasi eksterior menandakan benteng ini dibangun lebih untuk pertahanan dibandingkan dengan benteng-benteng lain. Adanya interior seperti pada benteng benteng yang menggambarkan sikap mewah para penguasa yang terobsesi dengan kemegahan dan pemborosan, karena interior adalah elemen dekoratif.
Dalam konstruksi benteng Derawa, dinding eksterior menggunakan batu bata yang dibakar. Diyakini batu batu ini dibawa dari uch Sharif tetapi tidak diangkut melainkan dibawa dari tangan ke tangan, simbol aktivitas pekerja kolaboratif dan juga sebagai pengabdian kepada penguasa mereka. Sepuluh menara di setiap sisi benteng terbuat dari batu bata tipis yang dibakar yang tidak hanya ditambahkan ke dinding benteng, tetapi juga memberikan tampilan halus pada benteng, sebuah fitur unik dari benteng. Di tiap menara pengawas, ada dua senjata klasik. Sisi barat terdapat ruang bawah tanah kecil mewujudkan fitur sejati benteng. Ada legenda yang mengatakan bahwa ruang bawah tanah ini adalah tempat menyimpan emas.
Terlepas dari legenda, Catatan sejarah telah mencatat bahwa benteng ini sejak dibangun hingga saat ini telah berganti ganti penguasa.
Abbasiyah dari Punjab diyakini telah mengambil alih benteng ini pada tahun 1735 dari keluarga Jaisalmir, namun, pada tahun 1747 Benteng sempat terlepas dari tangan Bahawal Nawab Khan sebelum penaklukan Shikarpur. Akhirnya Nawab Khan Mubarak lah yang kemudian mengambil benteng ini kembali pada 1804.
Bahawal Nawab Khan membangun masjid dengan kubah kubah dari marmer halus pada tahun 1849. Ini adalah replika Masjid Moti di Delhi dengan tiga kubah dan empat menara sudut-; arsitektur khas Mughal dengan mehrab dihiasi dengan indah.
masjid benteng |
Dekat benteng ada Ada juga pekuburan kerajaan dari keluarga Abbasi, yang masih memiliki benteng. Daerah ini kaya akan artefak arkeologi terkait withGanweriwala, sebuah kota besar, tetapi yang belum-unexcavated dari Peradaban Lembah Indus.
makam keluarga abbasii |