Tuesday, February 21, 2012

Kereta Api Tengah Kota Solo

Jalur kereta api Purwosari - Wonogiri merupakan jalur salah satu cabang di Pulau Jawa yang masih aktif beroperasi meskipun secara ekonomis dianggap tidak menguntungkan. Jalur ini menghubungkan Stasiun Purwosari di bagian barat Kota Surakarta dan Stasiun Wonogiri. Persaingan dengan angkutan jalan raya dan kualitas rel yang ada membuat jalur ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.


KA lokal Solo-Wonogiri-Baturetno, tahun 1951
Jalur yang dibangun sejak 1922 ini semula tidak hanya menghubungkan Wonogiri dengan kota Solo namun juga mencapai Baturetno. Semenjak beroperasinya Waduk Gajahmungkur, yang memutus sebagian jalur rel ini, jalur hanya dipertahankan sampai tepi waduk.

ini adalah photo rel kereta api jalur stasiun purwosari - kartasura - boyolali pada tahun 1934an.. photo ini diambil di gerbang kota sebelah barat (kleco)

Rel KA Purwosari-Wonogiri-Baturetno melewati prapatan Gendengan

Solo tahun 1972
Saat ini hanya kereta api Feeder Wonogiri (pengumpan) ke arah Wonogiri yang masih beroperasi untuk mendukung Kereta api Senja Bengawan, sedangkan kereta api ketel serta pengangkut semen ke arah Sukoharjo dan Wonogiri sudah tidak beroperasi lagi karena kendala di atas. Atas dukungan pemerintah lokal, saat ini dioperasikan pula kereta api wisata dengan lokomotif uap dengan rute perjalanan Solobalapan-Purwosari-SoloKota (Sangkrah) pulang pergi.

KLB Gelagar Jembatan berjalan di jalan Slamet Riyadi Solo
BB300-29 KLB membawa Gelagar Jembatan Bengawan Solo (Purwosari - Sangkrah)

Kereta Feeder
Kereta api Bengawan Wonogiri sering disebut “kereta Feeder Wonogiri”. Kereta feeder (pengumpan) adalah satu-satunya pemakai jalur antara Stasiun Purwosari hingga Stasiun Wonogiri. Setiap harinya kereta ini hanya membawa 1 atau 2 gerbong, karena jumlah penumpang yang sangat minim. Jalur kereta api Solo-Wonogiri melintasi jalan protokol Jl. Slamet Riyadi, Solo. Karena itu menjadi keunikan tersendiri karena berjalan berdampingan dengan kendaraan lainnya. Setiap hari kereta ini melayani penumpang yang berangkat dari Stasiun Purwosari. Jam keberangkatan kereta ini tidak tetap karena harus menunggu kereta api Senja Bengawan dari Jakarta. Biasanya kereta feeder berangkat dari Stasiun Purwosari antara pukul 08.00-09.30. Laju kecepatan kereta ini juga dibatasi.


Ketika berada di dalam kota antara Stasiun Purwosari sampai Stasiun Solo Kota batas maksimum adalah 20 km/jam. Ketika sudah keluar dari Stasiun Solo Kota kecepatan mulai dinaikkan, tetapi kecepatan kereta ini tidak bisa diharapkan sampai 60 km/jam karena rel yang digunakan bukan rel jenis 40 (yang digunakan di jalur Jakarta-Surabaya). Kereta feeder ini sering terlibat kecelakaan. Banyak penyebab kecelakaan ini karena kurangnya disiplin lalu lintas. Banyak kendaraan yang meremehkan kereta ini yang berakhir dengan tabrakan. Pada tahun 2006 terjadi 2 kali kecelakaan kereta. Pertama terjadi di dekat Solo Grand Mall. Sebuah mobil ingin mendahului kereta ini yang sedang berjalan, kemudian yang kedua di dekat Polwil Surakarta. Kereta Feeder berhenti di Stasiun Purwosari, Stasiun Solo-Kota, Stasiun Sukoharjo, Stasiun Pasar Nguter-Sukoharjo, dan Stasiun Wonogiri.



Pada mulanya kereta ini sempat eksis ketika melayani rute dari Stasiun Purwosari hingga Baturetno. Namun jalur rel kereta api dari Wonogiri hingga Baturetno dibongkar karena jalur tersebut digunakan untuk pembangunan Waduk Gajah Mungkur. Hingga sekarang kereta ini hanya melayani hingga Wonogiri. Awal tahun 2007, Pemerintah Kota Solo menggagas pengoperasian kereta berbahan bakar uap sebagai angkutan wisata dalam kota. Jalur ini masih terhubung dengan Jalur rel kereta api Jakarta-Surabaya yang juga melintasi Stasiun Purwosari. Bila kita naik kereta api seperti Prambanan Ekspres tujuan Jogja-Solo, ketika berangkat dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Solo Balapan, di sebelah kanan akan terlihat jalur rel yang menuju Wonogiri.


Sempat dalam perjalanan waktu, jalur kereta ini mendapat keluhan dari pengguna jalan yang merasa kurang nyaman dengan keberadaan jalur kereta api dalam kota. Ketidaknyamanan pengguna jalan diantaranya ketika melintas di perlintasan "rel bengkong" (Rel membelok ke kanan) ketika musim hujan banyak pengguna sepeda motor ketika melintas tidak mematuhi cara atau aturan yang ada sehingga terpeleset ketika melintasi rel. Korban dari rel membelok ke kanan ini sudah tidak bisa dihitung lagi. Beberapa kali ada pihak-pihak yang ingin mengupayakan agar rel dalam kota yang ini ditutup. Namun dengan adanya penolakan keberadaan kereta dalam kota ini semakin membuat jalur kereta dalam kota Solo ini semakin eksis. Keberadaan rel kereta api yang melintas di jalan raya utama di Indonesia mungkin hanya Solo saja yang memiliki jalur tersebut. Semakin padatnya arus lalu lintas di jalan raya, dalam masa mendatang jalur kereta api dalam kota maupun luar kota sangat dibutuhkan. Bulan September 2007 ini PT Kereta Api Indonesia mengganti sebagian rel kereta api tujuan Solo-Wonogiri yang melintasi Jalan Slamet Riyadi karena dianggap sudah tidak layak dan tidak memenuhi syarat keselamatan transportasi (masih berupa rel peninggalan tahun 1901).


Pada bulan September 2009 dimulai perbaikan penggantian rel kereta api dimulai dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Wonogiri, perbaikan meliputi penggantian rel kereta api yang semula menggunakan jenis R25 menjadi R42 dan bantalan kayu diganti menjadi bantalan beton, perbaikan jembatan di BH2, yakni Jembatan Bengawan Solo dan jembatan di BH60 yang berada di wilayah perbatasan Solo-Wonogiri, tepatnya di sekitar Pasar Nguter, Sukoharjo. Dengan adanya penggantian rel kereta tersebut, kereta api nantinya bisa dijalankan dengan kecepatan 60 km/jam dari sebelumnya hanya 30 km/jam. Penumpang dari Solo menuju Wonogiri, saat ini dilayani menggunakan KA Fedeer, dan masih menggunakan gerbong biasa. Nantinya KA Feeder akan menggunakan railbus yang saat ini sedang dikerjakan di INKA, Madiun. Perbaikan rel tersebut juga untuk kepentingan Pemerintah Kota Surakarta menjalankan Kereta Api Uap Jaladara atau sering disebut Sepur Kluthuk Jaladara mulai dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Solo Kota.



Kereta Wisata Jaladara

Kereta api wisata dengan locomotif uap c1218 beroperasi di jalur kereta api Stasiun Purwosari hingga Stasiun kota Solo, jalur yang melintas menelusuri Kota Solo itu sepanjang enam kilometer tepat bersisian dengan Jl Slamet Riyadi hingga berakhir di Stasiun Sangkrah (Solo Kota). Apabila menggunakan KA melewati jalur itu, seolah-olah kita dihidangkan dengan sebagian wajah kota Solo. Jalan rel itu membentang sepanjang Jl Slamet Riyadi yang merupakan jalan utama di tengah kota Solo. Hanya kurangnya informasi yang benar mengenai sistem operasi kereta api (KA) di negara kita menyebabkan jalur ini tidak begitu dikembangkan. Kalau diteruskan hingga Wonogiri, akan mendapatkan pemandangan suasana pedesaan yang menjual bagi kalangan wisatawan. Ada perpaduan antara suasana perkotaan dan pedesaan dalam satu perjalanan KA wisata ini. Kereta api ini dioperasikan berkat kerjasama antara PT.Kereta Api dan Pemerintah Kota Surakarta




Locomotif uap c1218 menarik dua buah gerbong kayu jati asli buatan tahun 1920 dengan kode CR 16 dan CR 144. Kapasitas optimal total untuk 2 gerbong tersebut adalah 72 orang. Kereta ini menggunakan bahan bakar kayu jati, selain itu lokomotif ini juga membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk menghasilkan uap untuk menggerakkan loko tersebut. Setidaknya lokomotif ini membutuhkan empat meter kubik air dan lima meter kubik kayu untuk jarak tempuh Stasiun Purwosari sampai Stasiun Sangkrah.Kereta ini dapat berhenti di: Diamond Convention Center, Solo Grand Mall, Loji Gandrung (Rumah Dinas Walikota Surakarta), House of Danar Hadi, Museum Radya Pustaka Sriwedari, Perempatan Pasar Pon (Pasar Windujenar – Ngarsopura), Kampung Seniman Kemlayan, Kampung Batik Kauman, Beteng Trade Center / Gladag Langen Bogan, Stasiun Solo Kota.




Lihat juga:



Dari berbagai sumber dan wikipedia