Tuesday, February 7, 2012

Kereta Api Wisata Ambarawa

Ide membangun jalur kereta api di pulau Jawa atas proposal dari Kolonel J Van Der Wijk pada tanggal 15 agustus 1840, menurut dia, pengadaan jalur kereta api di Jawa akan banyak membawa keuntungan terutama dari aspek militer yang berpusat di Ambarawa (terdapat benteng pertahanan Willem I) dan Magelang. Beberapa kalangan juga minta agar pembangunan rel kereta api juga melewati kawasan perkebunan di Wonosobo dan sekitarnya sampai ke pelabuhan Semarang karena Sistem Tanam Paksa (1830-1850) yang diperkenalkan Gubernur Jenderal Van den Bosch mewajibkan penduduk pulau Jawa menghasilkan produk pertanian dan perkebunan seperti kopi, gula, nila, tembakau dan teh untuk diekspor.




Jalur kereta api rute Semarang–Tanggung-Kedung Jati-Solo–Yogyakarta selesai dibangun dengan susah payah oleh NIS (Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij) dan beroperasi pada tanggal 10 Juni 1872, termasuk lintas cabang Kedungjati-Tuntang-Ambarawa selesai dibangun pada tahun 1873. Bangunan Stasiun Willem I (atau yang lebih dikenal dengan stasiun Ambarawa) dibuat dari kayu dengan luas areal 127500 meter persegi dan resmi dioperasikan pada 21 Mei 1873. Jalur Kereta Api dari Jambu menuju Gemawang harus melewati bukit yang terjal (kemiringan topografi 65 derajat), oleh karena itu untuk menghemat biaya, dibangunlah rel bergigi dan membeli lokomotif uap bergigi yaitu seri B25. NIS melanjutkan pembangunan jalur kereta api dari Ambarawa ke Secang (termasuk rel bergigi rute Jambu-Bedono-Gemawang sepanjang hampir 6.5 kilometer) dan resmi beroperasi sejak tanggal 1 Februari 1905. Di jalur ini, tujuan transportasi kereta api untuk kegiatan militer lebih diutamakan karena laju lokomotif uap B25 hanya mampu merambat dalam kecepatan terbatas 15 kilometer per jam. Stasiun Ambarawa (Willem I) yang ada sekarang adalah bangunan kedua yang dibangun tahun 1907, menggantikan bangunan lama yang terbuat dari kayu.

Perbedaan ketinggian gemawang-bedono-jambu-ambarawa

rel bergerigi


Sejak tahun 1953, DKA (Djawatan Kereta Api) mulai mengganti peran lokomotif uap dengan lokomotif diesel; sehingga memasuki tahun 1970, lokomotif uap mulai masuk era barang antik seiring tidak lagi diproduksi oleh pembuatnya di Eropa maupun di Amerika. Oleh karena itu muncul ide untuk mengumpulkan sejumlah lokomotif uap ke museum. Pada tanggal 8 April 1976, Ir Soeharso (Kepala Eksploitasi Tengah PJKA/Perusahaan Jawatan Kereta Api) bertemu Soepardjo Roestam (Gubernur Jawa Tengah) untuk membahas rencana pembangunan museum kereta api serta berinisiatif mengumpulkan lokomotif uap dan menyimpannya di Stasiun Ambarawa. Kepala Eksploitasi Tengah PJKA membentuk panitia yang bertugas mengumpulkan materi museum dan kemudian mengajukan konsep rencana kerja kepada Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 18 Mei 1976. Pada 6 Oktober 1976, Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah meninjau bakal lokasi museum kereta api di stasiun Ambarawa dan menyetujui rencana pembangunan museum tersebut.


Pada akhir tahun 1976, terkumpul sejumlah 22 lokomotif uap yang menjadi koleksi museum ini. Stasiun Ambarawa resmi berfungsi museum sejak tanggal 21 April 1978 dan diresmikan oleh Rusmin Noerjadin (Menteri Perhubungan Republik Indonesia) dengan menikmati paket tour kereta wisata bergerigi bersama rombongan


Suasana museum ini masih menunjukkan suasana stasiun kereta api jaman dulu, yang masih terjaga dan terawat rapi. Berada didalam stasiun kereta api rasanya seperti kembali ke suasana tempo dulu, pengunjung dapat melihat kantor kepala stasiun, ruang tunggu, loket peron, peralatan komunikasi, topi masinis, alat pembolong tiket, stempel, mesin ketik, jam kuno, perabot meja kursi tempo dulu dan sebagainya.



PT Kereta Api (Persero) menyediakan 2 (dua) kereta api wisata di Ambarawa. Pertama, kereta wisata rute Ambarawa - Bedono (9 km) yang ditarik lokomotif uap bergigi B25 02 atau B25 03 yang menarik 2 (dua) kereta penumpang berdinding kayu. Di dinding kereta penumpang tidak ada kaca jendela sehingga penumpang dapat menikmati semilir angin nan sejuk dan indahnya pemandangan selama 2 (dua) jam perjalanan. Jalur kereta api rute Jambu - Bedono ini berada di ketinggian 693 meter di atas permukaan air laut. Panorama di sepanjang perjalanan semakin luar biasa.




Hamparan Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu menjadi latar belakang yang mempesona. Karena letaknya yang cukup tinggi inilah di sepanjang rute Jambu - Bedono ini terdapat rel bergerigi. Fungsinya adalah untuk menahan agar kereta api tidak mengalami kesulitan menanjaki jalur tersebut. Selain di Ambarawa (Jawa Tengah), rel gerigi di Indonesia yang hingga sekarang masih difungsikan adalah di Sawahlunto (Sumatera Barat). Kedua, kereta wisata rute Ambarawa - Tuntang (10 km). Pemandangan pada rute ini tidak kalah menariknya. Keindahan Danau Rawa Pening akan menyapa para penumpang kereta wisata di rute tersebut. Saat ini jalur kereta api rute Ambarawa - Tuntang dapat dilalui oleh lokomotif uap dan kereta penumpang.








Baca Juga:













Source