Friday, May 9, 2014

10 Teknik yang Mematikan dari Dunia Hewan

Menjadi predator tidak mudah. Banyak dari mereka harus benar-benar mengejar mangsanya, dengan keberhasilan yang hanya sesekali, dan energi yang berharga sering terbuang tanpa hasil. Mereka bahkan mungkin berisiko terluka atau terbunuh oleh mangsa potensial. Beberapa predator, bagaimanapun, telah mengembangkan teknik khusus, dan sering luar biasa, serta adaptasi yang memungkinkan mereka untuk mengelabui mangsa mereka sehingga mangsa mereka tidak pernah menduga bahaya sampai terlambat. Dan dibawah ini adalah daftar 10 predator dengan teknik yang mematikan dari dunia hewan.




10. Cantil

Ditemukan di Meksiko dan Amerika Tengah, ular ini milik subfamili pitviper, dan erat terkait dengan ular berbisa cottonmouth dan Copperhead dari Amerika Serikat bagian selatan. Cantil (Agkistrodon bilineatus) sangat berbisa; gigitan mereka menyebabkan nekrosis, perdarahan dan bahkan gagal ginjal; korban yang tidak menerima perawatan medis setelah gigitan Cantil cenderung meninggal dalam beberapa jam.

Tapi Cantil ini lebih memilih untuk menyimpan racun mereka untuk mangsanya. Mereka memakan hewan kecil yang dapat mereka tangkap, dari burung, katak, kadal hingga mamalia kecil. Tidak seperti kobra dan mamba, Cantil memiliki tubuh yang pendek dan berat sehingga tidak dapat mengejar mangsanya dengan cepat. Sebaliknya, ia menggunakan trik pintar untuk memikat korban-korbannya ke jangkauannya.

Ekornya memiliki ujung kuning terang atau keputihan, dan ular ini bisa menggerakkan ekornya sehingga menyerupai cacing yang menggeliat. Karena banyak dari mangsanya yang makanan favoritnya adalah cacing, maka banyak mangsanya tertarik untuk mendekati atau bahkan menyerang "cacing" palsu ini, dan kemudian ular ini bisa menyerang dan menyuntikkan racun yang mematikan pada mangsanya. Meskipun Cantil bukan satu-satunya ular yang menggunakan ekornya untuk mengelabui mangsanya, namun mereka adalah yang paling dikenal untuk itu.

Karena ekornya yang berwarna kuning atau keputihan tersebut, di beberapa bagian Meksiko dan Amerika Tengah, ular ini sering disebut "rabo de hueso", yang berarti "ekor tulang", karena sebagian besar tubuh ular adalah berwarna gelap, sehingga tampak seolah-olah ekor ular ini telah dilucuti kulitnya. Ular lain yang dikenal menggunakan teknik berburu yang sama, yang disebut "pikatan ekor" oleh para ilmuwan, adalah Copperhead Amerika Utara, Australian death adder dan boa Duméril dari Madagaskar.




9. Alligator Snapping Turtle

Predator terkenal ini adalah penyu air tawar terbesar di Amerika Utara; beratnya dapat mencapai 100 kg atau lebih, dan tinggal di danau selatan Amerika Serikat, sungai dan rawa. Meski dipersenjatai dengan rahang yang kuat dan cakar yang tajam,  meski namanya memakai buaya, kura-kura alligator snapping (Macrochelys temminckii) adalah kura-kura, yang lamban tidak dapat mengejar mangsa dengan kecepatan tinggi. Namun dia menggunakan teknik berburu yang sangat mirip dengan yang ada pada Cantil pit viper diatas.

Kura-kura ini diam tak bergerak di air, terlihat mirip seperti batu yang tidak berbahaya, dengan rahang yang terbuka lebar. Lidahnya memiliki  appendage (embel-embel) berwarna merah muda yang terlihat seperti cacing, dan kura-kura bisa menggerakkan  appendage ini untuk membuatnya terlihat seperti cacing yang menggeliat. Ikan kecil, katak dan bahkan kura-kura lainnya seringkali tertipu dan percaya bahwa mereka menemukan makanan, tapi begitu mereka memasuki rahang kura-kura alligator snapping, ia langsung menutup mulutnya dengan kekuatan yang luar biasa, dan langsung membunuh mangsanya.

Teknik pintar ini efektif di siang hari, saat mangsa dengan jelas dapat melihat cacing palsunya. Pada malam hari, kura-kura ini aktif berjalan di danau atau dasar sungai, makan apa saja yang bergerak lambat atau hewan mati yang dapat ia temukan.




8. Wobbegong

Wobbegong adalah salah satu hiu aneh dan paling menarik. Mereka paling sering terlihat di Australia, dimana mana mereka mendapatkan nama mereka (yang berarti "berewok" dalam bahasa asli Australia).

Hiu ini bergerak lambat dan tidak mengejar mangsa. Sebaliknya, mereka diam di dasar laut, dengan mengandalkan kamuflase untuk menyembunyikan diri dari mangsa potensial dan predator.

Yang aneh, appendage di sekitar mulut Wobbegong melayani tujuan ganda; untuk memecah siluet hiunya, sehingga mengefektifkan kamuflasenya, dan untuk memancing ikan kecil dan hewan lain ke dalam jangkauannya.

Satu spesies Wobbegong, menggunakan teknik memikat yang lebih aktif, yaitu adalah teknik yang sama yang digunakan oleh pit viper Cantil. Dengan menjentikkan ekornya, Wobbegong Tasseled memikat ikan yang lebih kecil ke dalam jangkauan serangannya. Karena Wobbegong sangat fleksibel, sehingga ia dapat dengan mudah berbalik dalam sepersekian detik dan melahap setiap ikan yang mencoba untuk melihat lebih dekat pada ekornya.


Ekor Wobbegong Tasseled bahkan memiliki ujung yang sedikit bercabang dan titik gelap yang menyerupai mata, hingga membuat ekornya mirip ikan. Meskipun spesies Wobbegong terbesar dapat tumbuh hingga 3,5 meter, mereka tidak melihat manusia sebagai mangsa dan hanya akan menggigit jika diganggu.




7. Anglerfish Laut Dalam

Anglerfish adalah ikan laut dalam, secara luas dikenal karena penampilannya yang mengerikan dan reproduksinya yang aneh. Mereka juga yang paling terkenal dari semua predator pemikat. Menariknya, hanya betina yang memiliki umpan untuk memikat mangsa; pemikat mereka mirip seperti pancing yang sebenarnya adalah duri punggung yang menonjol di atas mulut mereka. Anglerfish laut dalam (Melanocetus johnsoni), ujung durinya terdapat organ seperti bola yang berisi bakteri bercahaya, menghasilkan cahaya biru-hijau mirip dengan kunang-kunang.

Karena kulit anglerfish menyerap cahaya biru tersebut dan tidak memantulkannya, maka umpan tersebut tidak meneranginya dan makhluk laut lainnya hanya dapat melihat umpan, dan tidak dapat melihat anglerfish sang pengumpan. Ketika ikan malang atau invertebrata mendekati umpan, anglerfish langsung menelannya bulat-bulat. Perut dan tulang anglerfish sangat fleksibel yang memungkinkan ikan untuk melahap mangsa sampai dua kali ukurannya sendiri!




6. Ular Tentakel

Ular tentakel (Erpeton tentaculatum) ditemukan di Asia Tenggara dan merupakan spesies akuatik sepenuhnya yang mangsanya sebagian besar adalah ikan. Fitur yang paling menonjol padanya adalah tentakel-tentakel aneh di moncongnya.

Tentakel ini sebenarnya adalah mechanosensors yang sangat sensitif, yang memungkinkan ular untuk mendeteksi gerakan dalam air dan menyerang setiap ikan malang yang berenang di dekatnya. Sifat lain yang menarik adalah kecepatan serangan yang luar biasa ular tentacled; dibutuhkan hanya 15 milidetik bagi ular untuk menangkap mangsanya.


Tetapi ikan memiliki refleks yang juga luar biasa dan serangan cepat kadang-kadang tidak cukup, sehingga ular tentacled menggunakan trik pintar untuk membuat ikan berenang ke arah bahaya. Ketika ikan mendekat, ular menggerakkan tubuhnya ke arah ikan tersebut. Ikan biasanya akan lari ke arah yang berlawanan saat dikejutkan ... tapi ini adalah apa yang diharapkan oleh ular tentakel, karena ular tentakel selalu mengarahkan kepalanya ke tempat arah larinya ikan.




5. Green heron

Cantil, penyu aligator dan wobbegongs yang telah disebutkan diatas, semua memiliki umpan palsu dari bagian tubuh mereka sendiri. Sedangkan Green Heron (Butorides virescens), berhasil memancing ikan ke dalam jangkauan serangan tanpa keuntungan ini. Bagaimana melakukannya ....

Memang, green heron telah dikenal untuk menjatuhkan benda kecil ke permukaan air. Ikan kecil yang biasanya menyelidiki objek yang jatuh, berharap mungkin sesuatu yang dapat dimakan, dan kemudian green heron dengan cepat merenggut ikan tersebut.

Tidak semua green heron menggunakan teknik ini, tetapi mereka menjadi sangat berbakat, dan mereka bahkan melakukan percobaan dengan berbagai jenis umpan. Beberapa heron telah terlihat mencuri roti yang diberikan orang-orang untuk memberi makan bebek di kolam, dan menggunakan roti tersebut sebagai umpan. Heron lainnya juga telah dikenal menangkap ikan kecil tapi bukannya langsung mereka makan , tapi mereka menggunakannya sebagai umpan untuk menangkap ikan yang lebih besar.


Tidak ada yang tahu bagaimana green heron belajar menangkap ikan dengan umpan. Beberapa ahli percaya bahwa mereka belajar dari manusia, sementara yang lain berpikir bahwa mereka belajar sendiri dengan mengamati bagaimana ikan kecil akan menyelidiki benda kecil atau binatang yang jatuh ke air. Namun yang jelas perilaku ini bukanlah naluriah, membuat Green Heron mungkin adalah predator paling cerdas dalam daftar ini.




4. Assassin Bug

Serangga-serangga Pembunuh atau Assassin Bugs (famili Reduviidae) adalah serangga predator yang mematikan. Mereka tidak sangat cepat, tetapi menggunakan teknik yang berbeda dan cerdik untuk berburu. Beberapa menyamar dirinya sebagai semut dan memangsa semut asli; yang lain menggunakan kamuflase untuk menyergap mangsanya.

Salah satu serangga pembunuh yang paling menakjubkan adalah Stenolemus bituberus, mangsanya sebagian besar adalah laba-laba. Ketika serangga ini menemukan jaring laba-laba, ia menggunakan kakinya untuk memasuki benang sutra, mengirimkan getaran yang sangat mirip dengan yang dihasilkan oleh serangga yang terjebak dalam jaring. Laba-laba merasakan getaran dan pergi untuk memeriksanya, namun ternyata disergap, dibunuh dan dimakan oleh serangga pembunuh.

Ini sama seperti jika seseorang mengetuk pintu Anda dan berkata bahwa pizza yang anda pesan telah datang. Anda yang lapar tentu segera membuka pintu, namun kemudian anda yang tidak siap, segera diserang dan dibunuh oleh orang yang mengaku pengantar pizza tersebut untuk dimakan.




3. Coati

Juga dikenal sebagai coatimundi, rakun ini ditemukan di Meksiko, Amerika Tengah dan Selatan, dengan beberapa dari mereka juga tinggal di Texas, Arizona dan New Mexico di Amerika Serikat . Betina dan jantan muda hidup dalam kelompok besar, sedangkan jantan dewasa sering hidup sendirian.

Mereka terkenal karena kecerdasan mereka, dan meskipun mereka kebanyakan memakan cacing, telur, buah-buahan dan serangga, mereka dipersenjatai dengan taring besar dan cakar yang kuat dan sangat mampu berburu binatang besar sesekali. Menurut beberapa laporan, salah satu makanan favorit coati adalah iguana hijau.

Iguana adalah kadal besar yang sering ditemukan di pohon, jadi coati menggunakan kerja tim untuk memburu mereka. Beberapa coati memanjat pohon dan menakuti iguana hingga iguana melompat ke tanah, di mana coatis lain dengan cepat menangkap mereka.

Sayangnya untuk iguana, mereka secara naluriah diprogram untuk melompat ke tanah setiap kali mereka merasa terancam, membuat trik coati yang meskipun sederhana itu, menjadi sangat efektif.




2. Kunang-Kunang Photinus

Firefly atau kunang-kunang berada dalam ordo Coleoptera, yang membuat mereka adalah semacam kumbang. Mereka terkenal karena kemampuan memproduksi cahaya mereka (bioluminescence). Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk berkomunikasi satu sama lain; sebagian besar, untuk menarik pasangan.

Dalam kasus kunang-kunang Photinus, betina Photinus memiliki sayap yang sangat pendek dan tidak bisa terbang, sedangkan jantan Photinus bisa terbang. Selama musim kawin, jantan Photinus terbang di atas tanah mengerlipkan cahaya mereka untuk menarik betina. Para betina di tanah menonton para jantan di tanah dan merespon dengan kerlipan cahaya mereka pula. Karena masing-masing jenis kunang-kunang memiliki pola kerlip yang unik, kunang-kunang jantan dapat dengan mudah membedakan betina jenis mereka dari betina jenis lain.

Kunang-kunang Photuris memanfaatkan hal itu. Makhluk ini memata-matai betina dari jenis Photunis dan meniru pola kerlip mereka untuk menarik jantan jenis tersebut yang mengiranya adalah betina jenis mereka. Ketika jantan turun ke tanah siap untuk kawin, mereka dengan cepat diserang dan dimakan oleh kunang-kunang Photuris. Ya! hal ini bahkan lebih buruk daripada dimakan oleh seorang pengantar pizza palsu.


Dengan memakan Photinus jantan, kunang-kunang Photuris (kadang-kadang dijuluki "femme fatale fireflies") tidak hanya mendapat makanan yang baik, tetapi juga perlindungan. Kunang-kunang Photinus memiliki zat kimia tertentu yang melindungi mereka dari predator seperti burung dan laba-laba. Photuris tidak memiliki pertahanan kimia ini, tetapi dapat memperolehnya dengan melahap Photinus jantan yang malang.




1. Margay

Bangsa Romawi Kuno percaya monster yang disebut Crocotta. Monster itu dikatakan seperti serigala, asli India atau Ethiopia, dengan kemampuan untuk meniru ucapan manusia. Bila lapar, Crocotta akan bersembunyi dekat desa-desa atau rumah manusia, dan mendengarkan dengan cermat percakapan manusia. Akhirnya mereka belajar nama seseorang dan memanggil orang tersebut dengan namanya, memikat dia ke hutan dan melahapnya.

Mitos Crocotta mungkin hanyalah versi berlebihan dari hewan di kehidupan nyata, yaitu hyena, makhluk ini memang bisa mengeluarkan suara mirip manusia, meskipun bukan ucapan manusia. Saat ini, nama ilmiah hyena tutul adalah crocuta crocuta, yang memang diambil dari nama moster legendaris crocotta. Namun memang ada, predator tertentu yang dapat menirukan "ucapan" mangsanya untuk memancing mereka.

Hewan yang barusan diketahui oleh dunia ilmiah memiliki kemampuan seperti itu adalah Margay (Leopardus wiedii), seekor kucing arboreal kecil dari Meksiko, Amerika Tengah dan Selatan, memiliki kemampuan untuk meniru panggilan bayi monyet yang dalam kesusahan. Ini, tentu saja, menarik monyet dewasa yang khawatir yang kemudian dapat diserang dan dimakan oleh Margay.


Para ilmuwan yang menyaksikan kemampuan Margay saat melakukan penelitian di Brasil awalnya tidak bisa mempercayai mata mereka, namun penduduk asli tidak terkejut; mereka memberitahu para ilmuwan bahwa Margays juga dapat meniru suara hewan lain, seperti Tinamou (jenis burung) dan agouti (hewan pengerat besar).

Bahkan, penduduk asli juga mengklaim bahwa puma dan jaguar juga sesekali menggunakan mimikri vokal untuk berburu.

Seolah-olah itu belum cukup, orang-orang di India dan Siberia sering melaporkan bahwa harimau dapat meniru panggilan rusa untuk menarik herbivora tersebut ke dalam jangkauan serangannya. Meskipun hal ini belum dikonfirmasi oleh ilmu pengetahuan, Margay adalah bukti bahwa kemampuan mimikri vokal bukanlah hal yang tidak mungkin.

Para ilmuwan yang menyaksikan Margay beraksi mengatakan "Kucing dikenal karena kelincahan fisik mereka, tetapi kemampuan manipulasi vokal spesies mangsa yang mengindikasikan kelicikan psikologis ini, adalah hal yang baru kita ketahui". Setidaknya kita masih bisa bahagia karena kucing rumah kita belum belajar bagaimana untuk meniru ucapan manusia ...


Baca Juga:





Source: Listverse