Saturday, May 31, 2014

Mumi-Mumi Unik dan Aneh di Jepang

Sama seperti anak-anak Inggris yang dibesarkan dengan cerita-cerita menakutkan tentang monster Loch Ness, anak-anak Jepang, semua tahu tentang Kappa, yaitu setan air licin dari cerita rakyat kuno.



Kappa, monster yang tinggal di danau dan sungai ini biasanya digambarkan sebagai seperti manusia, tapi dengan kulit bersisik hijau atau biru reptil dan kaki berselaput .

Tapi tidak seperti monster Loch Ness, orang yang percaya mengklaim telah menemukan 'bukti' dari keberadaan Kappa - yaitu tulang yang di klaim adalah tulang Kappa, dan akan dipamerkan di Jepang.

Dalam cerita rakyat Jepang, Kappa berukuran sebesar anak-anak, sehingga juga disebut "anak sang sungai", yang sesekali melompat keluar dari sarang airnya untuk menakut-nakuti, serta menyerang wanita. Beberapa cerita bahkan mengklaim Kappa menarik orang ke dalam air untuk menenggelamkan mereka.

Warna, bentuk dan fitur dari Kappa bervariasi karena ilustrasi-ilustrasi dari monster ini memang berbeda-beda.


Diperkirakan makhluk ini mirip dengan mahluk mitos yang dikenal di Skotlandia dengan nama 'Kelpie', di Skandinavia 'Nakki' dan juga mahluk-mahluk mitos lainnya di berbagai budaya, yang telah digunakan selama bertahun-tahun untuk memperingatkan anak-anak tentang bahaya bermain di dekat air.

Beberapa orang di Jepang berpikir legenda Kappa mungkin didasarkan pada salamander raksasa Jepang, atau 'hanzaki', yang merupakan amphibi agresif yang meraih mangsanya dengan rahangnya yang kuat.


Tetapi yang lain percaya bahwa Kappa adalah makhluk tertentu, dan ada tanda-tanda dekat beberapa danau di Jepang yang memperingatkan orang-orang dari kehadiran mereka.

Para ilmuwan belum berhasil mengkonfirmasi keberadaan makhluk itu, meskipun fakta bahwa banyak tulang telah ditemukan yang diklaim milik Kappa.

Satu set sisa-sisa mumi, yang tampaknya menunjukkan tangan berselaput, akan dipamerkan untuk pertama kalinya di Miyakonojo Shimazu Residence di prefektur Miyazaki di pulau Kyuushuu.


Sisa-sisa mumi tersebut dikatakan diberikan kepada keluarga Miyakonijo Shimazu setelah 'Kappa' ditembak di tepi sungai pada tahun 1818.

Kappa ini dikatakan memiliki kaki sekitar 8 cm dan lengan sepanjang 15cm, tetapi tidak ada ahli yang telah menyatakan bahwa sisa sisa mumi ini adalah nyata, juga tidak yang menyatakan tulang-tulang ini sengaja dirakit agar terlihat mengerikan. Juga tidak ada rencana untuk menelitinya secara ilmiah sama sekali ....

____________________________________________________________________________________________________

Namun, ternyata jepang memang gudangnya mummi-mummi mahluk misterius atau setidaknya mumi yang tampak seperti mahluk misterius. Banyak dari mumi-mumi aneh ini tersimpan di lorong-lorong kuil Buddha dan museum di seluruh Jepang. Tidak hanya Kappa, tapi juga mumi setan, mumi duyung, mummi Tengu, mummi Raijū, dan bahkan mummi seorang biarawan. Berikut adalah beberapa spesimen yang luar biasa untuk para penggemar mahluk-mahluk aneh.



Mumi Kappa
Banyak mumi kappa diperkirakan telah dibuat oleh para seniman - periode Edo menggunakan bagian dari binatang mulai dari monyet, burung hantu hingga ikan pari.

Mumi Kappa mumi di National Museum of Ethnology, Leiden (Belanda)

Mumi kappa ini, yang sekarang berada di sebuah museum Belanda, tampaknya terdiri dari berbagai bagian hewan yang disatukan dengan mulus. Hal ini diyakini diciptakan untuk tujuan karnaval hiburan di zaman Edo.

Mumi Kappa lain dapat ditemukan di kuil Zuiryuji di Osaka.

Kappa mummy at Temple Zuiryuji, Osaka

Humanoid sepanjang 70 sentimeter ini konon bertanggal kembali ke tahun 1682.

Mumi kappa terkenal lainnya bisa dilihat di tempat yang tampaknya tidak mungkin -  yaitu di sebuah pabrik Sake di kota Imari (prefektur Saga).

Mumi Kappa di Matsuura Brewery

Menurut brosur perusahaan, mumi kappa ditemukan di dalam sebuah kotak kayu yang ditemukan oleh tukang kayu, tersembunyi di langit-langit ketika mengganti atap lebih dari 50 tahun yang lalu.

Pemilik perusahaan membangun sebuah altar kecil dan menganggap mumi kappa sebagai dewa sungai.



Mumi Setan

Mungkin tampak aneh bahwa kuil Buddha di Jepang malah menyimpan mumi setan liar (oni), tapi alasannya adalah setan ini (walaupun sudah jadi mumi) selalu berada di bawah pengawasan ketat dari seorang imam, bukannya membiarkan mereka mondar-mandir di jalan-jalan.

Kuil Zengyōji (善行 寺) di kota Kanazawa (prefektur Ishikawa) adalah rumah bagi kepala mumi setan berwajah tiga. Legenda mengatakan bahwa seorang imam lokal menemukan mumi dalam ruang penyimpanan kuil di awal abad 18. Bayangkan keterkejutannya ....

Tidak ada yang tahu dari mana kepala setan itu berasal, atau bagaimana atau mengapa kepala setan itu berakhir dalam penyimpanan. Kepala mumi memiliki dua wajah yang saling tumpang tindih di depan, dengan satu wajah lain (menyerupai kappa) terletak di belakang. Candi ini memamerkan mumi kepala yang di klaim sebagai kepala setan ini kepada publik setiap tahun sekitar saat equinox musim semi .

Mumi setan misterius lainnya dapat ditemukan di kuil Daijōin di kota Usa (prefektur Oita).

Mumi ini dikatakan pernah menjadi pusaka berharga dari sebuah keluarga bangsawan. Tapi setelah menderita semacam kemalangan, keluarga tersebut terpaksa menyingkirkannya.

Mumi setan kemudian berganti pemilik beberapa kali sebelum berakhir di tangan seorang jemaah kuil Daijōin pada tahun 1925. Setelah jemaat tersebut jatuh sakit, mumi itu diduga membawa kutukan.

Jemaat cepat pulih dari sakitnya setelah mumi itu ditempatkan dalam perawatan kuil, dan hingga saat ini mumi tersebut tetap berada di kuil Daijōin. Dan saat ini mumi setan ini malah dipuja sebagai benda keramat.







Sebuah mumi jauh lebih kecil - yang diklaim sebagai bayi setan - pernah dalam kepemilikan Kuil Rakanji di Yabakei (prefektur Oita). Sayangnya, mumi ini kemudian hancur dalam kebakaran pada tahun 1943.



Mumi Mermaid
Mumi Mermaid di National Museum of Ethnology, Leiden

Pada periode Edo Jepang - khususnya pada abad 18 dan 19 - mumi putri duyung (mermaid) merupakan pemandangan umum di karnaval populer yang disebut misemono. Seiring waktu, praktek mumifikasi mermaid berkembang menjadi sebuah bentuk seni seiring para nelayan menyempurnakan teknik untuk menjahit kepala dan tubuh bagian atas dari monyet ke tubuh ikan.

Mumi mermaid di sini adalah contoh utama dari mermaid karnaval. Tampaknya terdiri dari ikan dan bagian-bagian hewan lainnya yang disatukan dengan benang dan kertas.

Mumi diatas diperoleh oleh Jan Cock Blomhoff saat menjabat sebagai direktur Dejima, koloni perdagangan Belanda di pelabuhan Nagasaki tahun 1817-1824. Sekarang berada di National Museum of Ethnology di Leiden. Belanda.

Mumi mermaid tua lainnya dipamerkan di sebuah museum di Tokyo beberapa tahun lalu tampaknya milik pendiri Museum Pertanian Harano.

Mumi mermaid Misterius

Asal mumi tidak diketahui, tetapi kolektor mengatakan mumi ini ditemukan dalam sebuah kotak kayu yang berisi sutra bertuliskan ayat-ayat Buddha ditulis dalam bahasa Sansekerta. Juga dalam kotak itu ada satu foto putri duyung dan catatan yang mengklaim bahwa itu milik seorang pria dari prefektur Wakayama.



Raijū
Dengan pemahaman ilmiah yang terbatas tentang langit, orang awam di zaman Edo Jepang menengadah ke atas dengan kekaguman besar akan misteri. Makhluk gaib yang disebut raijū (雷 獣) atau "Monster Guntur" diyakini menghuni awan hujan dan kadang-kadang jatuh ke bumi selama sambaran petir.

Catatan tertulis paling awal yang diketahui tentang raijū sejauh abad ke-18. Rincian tentang penampilan raijū bervariasi. Beberapa dokumen - periode Edo mengklaim raijū menyerupai seekor tupai, kucing atau musang, sementara yang lain menggambarkannya berbentuk lebih seperti kepiting atau Hippocampus.

Raijū digambarkan dalam Kanda-Jihitsu (ca. 1800) / / Raijū terlihat di Tottori, 1791

Namun, sebagian besar setuju bahwa deskripsi raijū memiliki jari berselaput, cakar yang tajam dan taring panjang yang oleh beberapa akun disebutkan bisa menembak petir. Monster itu juga kadang-kadang muncul dengan enam kaki dan/atau tiga ekor, menunjukkan kemampuan untuk beralih rupa.

Salah satu dokumen ilustrasi bercerita tentang seekor raijū yang jatuh dari langit selama badai besar pada malam 15 Juni 1796 di Higo-kuni (sekarang prefektur Kumamoto).

Ilustrasi raijū yang ditemukan pada 15 Juni 1796

Di sini, raijū digambarkan sebagai makhluk seperti kepiting dengan lapisan bulu hitam dan berukuran sekitar 11 cm.

Penemuan terkenal lainnya terjadi di wilayah Tsukiji Edo pada 17 Agustus 1823. Dua versi dari insiden tersebut menawarkan deskripsi yang berbeda dari monster itu.

Raijū, 17 Agustus 1823 - Versi 1

Satu dokumen menggambarkan raijū seukuran kucing atau musang, dengan satu mata menggembung besar dan tanduk panjang tunggal, seperti tanduk kerbau atau badak, mengarah ke depan dari atas kepalanya .

Raijū , 17 Agustus 1823 - Versi 2

Dalam kisah lain, raijū memiliki tampilan yang lebih bulat dan tidak memiliki tanduk runcing.

Dalam Volume 2 of Kasshi Yawa (Kisah Tikus Malam), serangkaian esai yang menggambarkan kehidupan masarakat jaman Edo, penulis Matsuura Seizan menulis bahwa memang biasa terjadi makhluk seperti kucing jatuh dari langit selama badai petir. Volume mencakup kisah sebuah keluarga yang merebus dan makan satu makhluk tersebut setelah jatuh ke atap mereka.

Mengingat frekuensi penampakan raijū, maka tidak mengejutkan bahwa beberapa mumi raijū pun ada.

Pada tahun 1960, candi Yūzanji di Iwate prefektur menerima mumi raijū sebagai hadiah dari seorang jemaat. Asal usul mumi, serta bagaimana jemaat tersebut memperolehnya, adalah sebuah misteri.

Mumi Raijū di kuil Yūzanji

Mumi tampak seperti kucing pada pandangan pertama, namun kakinya agak lebih panjang dan tengkoraknya tidak memiliki rongga mata.

Mumi Raijū di Saishoji kuil

Sebuah mumi raijū serupa dipajang di kuil Saishoji di Niigata prefektur



Mummi Tengu
Mahluk supranatural langit legendaris lainnya adalah Tengu, setan berbahaya yang sering digambarkan dalam seni sebagai sebagian manusia dan sebagian burung. Museum Hachinohe (prefektur Aomori) di Jepang utara adalah rumah bagi mumi Tengu, yang dikatakan dulunya dimiliki oleh Nambu Nobuyori, pemimpin klan Nambu yang memerintah domain Hachinohe pada pertengahan abad ke-18.

Mumi Tengu di Hachinohe Museum

Mumi, yang tampaknya memiliki kepala humanoid dan bulu serta kaki burung, diyakini berasal dari kota Nobeoka (perfektur Miyazaki) di Jepang Selatan. Teori menunjukkan mumi Tengu ini tiba di utara setelah melewati beberapa pemilik dari anggota keluarga samurai yang berkuasa di Jepang, beberapa di antaranya sangat tertarik dalam mengumpulkan dan memperdagangkan kemisteriusan tersebut.



Mumi Biarawan
Beberapa kuil Buddha di Jepang utara adalah rumah bagi "mumi hidup" yang dikenal sebagai Sokushinbutsu (即 身 仏). Tubuh yang diawetkan konon adalah biksu-biksu pertapa yang rela me-mumi-kan dirinya dalam upaya untuk mencapai nirwana.

Shinnyokai-Shonin "mumi hidup" di Kuil Dainichibo (prefektur Yamagata)

Untuk menjadi mumi hidup, biksu harus menjalani proses tiga langkah yang panjang dan melelahkan.

Langkah 1 : Selama 1.000 hari, para biarawan hanya makan kacang dan biji-bijian khusus, dan terlibat dalam latihan fisik yang ketat untuk melucuti lemak tubuh.

Tetsumonkai-Shonin "mumi hidup" di kuil Churenji (prefektur Yamagata)

Langkah 2 : Selama 1.000 harberikutnya, mereka hanya makan kulit kayu dan akar yang secara bertahap jumlahnya dikurangi. Menjelang akhir, mereka akan mulai minum teh terbuat dari getah pohon urushi, zat beracun yang biasanya digunakan untuk membuat mangkuk lacquer Jepang, yang menyebabkan pengurangan cairan tubuh. Teh diseduh dengan air dari sebuah mata air suci di Mt . Yudono, yang sekarang diketahui mengandung arsenik tingkat tinggi. Ramuan menciptakan lingkungan bebas kuman dalam tubuh dan membantu mengawetkan daging dan apa pun yang tersisa pada tulan .

Arisada Hōin, "mumi hidup" 300 tahun di kuil Kanshūji (Fukushima)

Langkah 3: Akhirnya , para biarawan akan mundur ke ruang bawah tanah sempit yang terhubung ke permukaan oleh pipa bambu kecil. Di sana, mereka akan bermeditasi sampai mati, di mana mereka disegel di dalam kubur mereka. Setelah 1.000 hari berlalu, mereka digali dan dibersihkan. Jika tubuh tetap terawat baik, biksu itu dianggap sebagai "mumi hidup".

Sayangnya, sebagian besar yang berusaha untuk me-mumifikasikan dirinya, tidak berhasil, tetapi setiap yang berhasil dianggap mencapai status Buddha dan diabadikan di kuil. Sebanyak dua lusin mumi hidup berada dalam perawatan kuil-kuil di Honshu utara.

Pemerintah Jepang melarang praktek mumifikasi diri di akhir abad ke-19.



Baca Juga: