Thursday, September 3, 2015

Legenda Suku Hopi tentang Ant People

Indian Hopi pernah hidup di gurun tinggi Arizona utara selama ribuan tahun. Pemandangan tandus tapi indah ini adalah tempat di mana dewa Hopi mengarahkan mereka untuk membangun sejumlah desa yang terdiri dari pueblo-pueblo (yang hari ini disebut kompleks apartemen batu). Disana Hopi berhasil berkembang dengan hanya menanam jagung, kacang-kacangan, dan labu dengan sangat sedikit curah hujan dan hampir tidak ada irigasi.



Salah satu legenda Hopi paling menarik ialah yang menceritakan Suku Semut (Ant People), yang membantu kelangsungan hidup suku Hopi, tidak hanya sekali tetapi dua kali. Yang disebut "Dunia Pertama (First World) tampaknya dihancurkan oleh api -kemungkinan semacam vulkanisme, hantaman asteroid, atau pelepasan massa koronal dari matahari. Dunia Kedua dihancurkan oleh es-es gletser Age atau pergeseran kutub. Selama dua bencana alam global ini, anggota-anggota suku Hopi yang saleh dipandu oleh awan berbentuk aneh di siang hari dan bintang yang bergerak pada malam hari yang memimpin mereka menghadap dewa langit bernama Sotuknang, yang akhirnya membawa mereka ke Suku Semut, atau Anu Sinom dalam bahasa Hopi. Suku Semut kemudian mengawal Hopi ke gua bawah tanah di mana mereka menemukan tempat perlindungan dan makanan.

Dalam legenda ini, suku semut digambarkan sebagai orang-orang yang dermawan dan rajin, yang memberikan makanan ke suku Hopi ketika pasokan mereka hampir habis dan mengajar mereka manfaat dari penyimpanan makanan. Bahkan, legenda lain mengatakan bahwa alasan mengapa suku semut digambarkan memiliki pinggang kurus adalah karena mereka berkorban untuk memberi makan Hopi.

Kiva bundar di New Mexico, dibangun oleh keturunan Hopi kuno

Kiva-kiva di Mesa Verde, Colorado

Konstelasi Orion
Konstelasi Orion juga memiliki pinggang yang kurus. Ketika Orion mendominasi langit musim dingin, suku semut berdiam jauh di perbukitan bawah tanah kecil mereka. Struktur ini bentuknya mirip dengan bentuk kiva suku Hopi, yaitu ruang doa bersama di bawah tanah. Kebetulan kata ki dalam Sansekerta berarti "bukit semut" dan va berarti "tempat tinggal." Setiap Februari di dalam kiva-kiva mereka, suku Hopi melakukan Upacara penanaman kacang, dan tarian kacang yang disebut Powamu. Selama upacara ini api terus menyala terang benderang, mengubah struktur ini menjadi rumah panas yang luar biasa. Ritual memperingati waktu ketika Anu Sinom mengajarkan Hopi bagaimana menanam benih di dalam gua-gua untuk bertahan hidup.

Sangat menarik untuk dicatat bahwa dewa langit Babilon bernama Anu. Dalam bahasa Hopi, Anu berarti "semut", dan kata naki dalam bahasa Hopi berarti "teman." Dengan demikian, Anunaki dalam bahasa Hopi adalah "teman semut". Beberapa orang menganggap ini bukan kebetulan dan mereka yakin kesamaan ini menandakan Annunaki Sumeria yang dikatakan datang ke bumi dari langit terkait dengan suku semut.

Ukiran pada batu yang dibuat suku Hopi menggambarkan suku semut, Arizona utara

Ada juga yang meyakini bahwa Suku semut mungkin juga hidup di Mesir kuno. Akhenaten, Dinasti Firaun ke-18 yang memerintah sekitar 1351-1334 SM, ditunjukkan dalam beberapa penggambaran memiliki tengkorak memanjang seperti bentuk kepala semut. Mata berbentuk almond dan leher seperti semut, serta ular atau burung bangkai di uraeus nya menyerupai rahang semut. Dia juga memiliki lengan dan kaki yang kurus seperti semut, dan bagian atas tubuhnya menyerupai thorax semut sementara bagian bawah tubuhnya mencerminkan perut semut. Tubuh Akhenaten yang mirip semut ini membuat para ilmuwan memberi nama salah satu spesies semut asli afrika barat dengan nama Semut Firaun (Momomorium pharaonis). Semut ini juga memiliki kepala memanjang, tubuh kuning hingga coklat kemerahan, dan perut lebih gelap dengan sebuah stinger.

Kiri: Akhenaten dan kanan: Akhenaten, Nefertiti dan tiga anak mereka

Selain itu, kata Mesir sahu yang berarti "bintang-bintang Orion," mirip dengan kata Sohu dalam bahasa Hopi yang berarti "bintang," dan yang paling penting adalah mereka yang berada di konstelasi Orion. Kebetulan lagikah?


Baca Juga:






Source: ancient-origin.net