Sunday, May 18, 2014

Kakapo - Burung Betet Terberat di Dunia

Kakapo (Strigops habroptilus) adalah burung bayan (jenis burung berparuh bengkok atau Betet) yang sangat tidak biasa dan hanya ditemukan di Selandia Baru. Nama Latinnya jika diterjemahkan berarti "burung hantu berbulu wajah lembut". Kakapo memang memiliki bulu yang sangat lembut dan wajah yang ditumbuhi bulu halus, seperti burung hantu, sehingga kadang Kakapo dijuluki burung hantu betet atau burung bayan malam. Anatominya mencirikan kecenderungan evolusi burung di kepulauan terpencil di samudra yang memiliki sedikit pemangsa dan makanan yang berlimpah

Setelah membaca fakta-fakta menarik dari Kakapo dibawah ini, kita akan memahami mengapa Selandia Baru membuat upaya monumental untuk menyelamatkannya dari kepunahan.



1. Kakapo adalah satu-satunya burung bayan/betet yang tidak terbang di dunia. Mereka menggunakan sayap pendek mereka untuk keseimbangan dan dukungan, daripada mengepakkannya untuk terbang. Bulu mereka jauh lebih lembut daripada burung lain karena bulu-bulu mereka tidak perlu menjadi kuat dan cukup kaku untuk mendukung penerbangan.

2. Meskipun mereka tidak bisa terbang, mereka dapat berkeliaran. Kakapo memiliki kaki yang kuat yang membuatnya menjadi hiker dan pendaki yang baik. Mereka juga bisa memanjat pohon-pohon tinggi dan menggunakan sayap mereka sebagai "parasut" untuk turun ke lantai hutan.

3. Kakapo akan terpaku diam ketika terkejut. Ini adalah salah satu mekanisme pertahanan mereka. Dengan diam membeku, mereka berharap untuk menyatu dengan latar belakang ketika bahaya sudah dekat. Mekanisme ini bekerja dengan baik ketika predator mereka hanya elang yang menggunakan penglihatan untuk berburu; namun tidak begitu sukses ketika predator mamalia yang mengandalkan indra penciuman mereka untuk mencari mangsa, datang ke habitat mereka.


4. Mereka aktif di malam hari. Kakapo bertengger di pohon atau di tanah di siang hari dan hanya aktif di malam hari.

5. Mereka berbau harum. Kakapo memiliki bau harum yang dikembangkan dengan baik, berguna dalam gaya hidup malam hari nya. Ia juga memiliki apa yang digambarkan sebagai musty-sweet odor. Ini mungkin membantu Kakapos untuk menemukan satu sama lain di hutan; sayangnya, hal ini justru membantu predator mamalia untuk menemukan mereka.

6. Mereka jinak dan ramah. Baik Māori ataupun pemukim Eropa awal, terpikat untuk memelihara Kakapo sebagai hewan peliharaan. Bahkan Kakapo liar dikenal karena mereka tidak takut mendekati, memanjat, dan bertengger di tubuh manusia. George Edward Grey, ahli burung Inggris yang pertama kali menjelaskan kakapo tahun 1845, pernah menulis bahwa perilaku kakapo peliharaannya terhadap dia dan teman-temannya adalah "lebih mirip seekor anjing daripada seekor burung."


7. Mereka terancam punah. Masalah ini berawal dengan kedatangan pemukim Māori di pulau mereka, dan semakin intensif ketika orang Eropa tiba. Baik suku Maori maupun orang eropa mengambil alih area luas dari habitat kakapo dan membawa serta predator seperti kucing, tikus dan cerpelai yang kakapo tidak memiliki pertahanan terhadapnya. Pada 1980-an, Departemen Konservasi Selandia Baru, menerapkan Kakapo Recovery Plan. Rencana itu melibatkan pengumpulan dan relokasi Kakapo ke pulau-pulau bebas predator, mendirikan stasiun pemberian makanan tambahan bagi burung-burung tersebut, dan kadang-kadang membantu untuk menginkubasi telur-telur Kakapo. Upaya ini telah mencegah kepunahan kakapo, tapi mereka masih terancam punah. Pada awal tahun 2012, hanya ada 126 Kakapos di alam liar.

8. Mereka mungkin adalah salah satu burung yang memiliki rentang hidup paling lama. Kakapo tumbuh dengan lambat. Jantannya tidak mulai berkembang biak sampai mereka berusia sekitar empat tahun, dan betinanya sekitar enam tahun. Harapan hidup mereka lebih dari 90 tahun.

9. Kakapo adalah burung yang kokoh. Tidak seperti burung darat lainnya, kakapo dapat menyimpan sejumlah besar energi sebagai lemak tubuh. Kakapo adalah burung bayan terberat di dunia: dengan tinggi sekitar 60 cm, beratnya antara 1,8 hingga 4 kilogram.


10. Jantan memikat betina dengan lagu dan tarian kelompok. Selama musim kawin, Kakapo jantan bisa berjalan hingga 4 kilometer untuk mencapai arena khusus di mana mereka bersaing satu sama lain untuk menarik perhatian betina. Setiap jantan menggali mangkuk di tanah, sering di daerah sebelah sisi batu atau sisi sungai untuk membantu memantulkan panggilan kawin nya. Untuk menarik betina, jantan mengeluarkan suara "booming" yang keras berfrekuensi rendah yang dapat terdengar hingga sejauh 3 mil. Setelah memancarkan sekitar 20-30 suara booming, mereka beralih ke suara "ching" yang bernada tinggi. Ching dan booming ini dapat berlangsung selama delapan jam setiap malam, pada malam-malam selama musim kawin yang sekitar 2-4 bulan.




Baca Juga:





Source: wired.com