Dodo atau Raphus cucullatus |
Mauritius |
Keragaman Unggas yang tinggi di Mauritius |
Kombinasi eksploitasi manusia dan spesies-spesies baru ini secara signifikan mengurangi populasi burung dodo. Setelah 100 tahun sejak kedatangan manusia di Mauritius, burung dodo yang dulunya melimpah, menjadi burung langka.
Burung dodo terakhir, dibunuh pada tahun 1681.
Pembantaian Burung Dodo |
Dari 45 spesies burung yang awalnya ditemukan di Mauritius, hanya 21 spesies yang masih bertahan.
Meskipun burung dodo punah pada tahun 1681, ceritanya belum berakhir. Meminjam kata-kata anas urbaningrum, "Ini baru halaman pertama dari sebuah buku mengenai dampak dari kepunahannya pada ekosistem.
Di tahun 1973 ilmuwan Stanley Temple menyadari bahwa pohon endemik mauritius jenis tambalacoque (Sideroxylon grandiflorum) menjadi langka. Bahkan 13 pohon yang tersisa dari spesies ini telah berumur sekitar 300 tahun. Tidak ada pohon baru dari spesies ini yang tumbuh sejak 1600-an.
tambalacoque |
Ternyata burung dodo memakan buah dari pohon jenis ini, dan hanya dengan melewati sistem pencernaan burung dodo lah, benih-benih pohon ini menjadi aktif dan bisa tumbuh. Sekarang, lebih dari 300 tahun setelah satu spesies punah, yang lain pun mengikuti nya sebagai sebuah konsekuensi langsung. Akankah ini terus berlanjut dan diikuti yang lain?
Untungnya, beberapa orang kreatif menemukan bahwa gullets (saluran mulut ke lambung atau esofagus) pada kalkun negeri cukup mirip dengan sistem pencernaan burung dodo. Mereka telah menggunakan kalkun untuk memulai generasi baru dari pohon-pohon yang terancam punah itu, yang sekarang disebut pohon dodo.
Beberapa ilmuwan membantah hipotesis Stanley Temple yang mengatakan bahwa pohon dodo hanya bergantung pada dodo untuk pengecambahan. Mereka juga mengatakan penurunan jumlah pohon itu dibesar-besarkan, dan mereka menyarankan bahwa hewan punah lainnya mungkin juga telah mendistribusikan benih, seperti kura-kura, kelelawar buah atau Nuri Paruh besar (Broad-billed Parrot). Wendy Strahm dan Anthony Cheke, dua ahli ekologi mengklaim bahwa pohon tambalacoque, tetap berkecambah meskipun mengalami penurunan jumlah dan jumlahnya ada beberapa ratus, bukan 13. Perbedaan jumlah ini karena pohon muda penampilannya tidak berbeda dengan spesies yang sama. Penurunan jumlah pohon mungkin karena pengenalan babi domestik dan Crab-eating Macaque (kera pemakan kepiting) dan persaingan dengan tanaman yang baru diperkenalkan.
Ibukota Mauritius, Port Louis |
Untuk membantu benih dalam berkecambah, ahli botani sekarang menggunakan kalkun dan Penggosok permata untuk mengikis endocarp agar memungkinkan perkecambahan. Pohon Tambalacoque sangat dihargai karena kayunya di Mauritius, yang telah menyebabkan beberapa rimbawan menggali lubang dengan tangan mereka sendiri untuk membuat mereka tumbuh dan berkembang.
Kepunahan tiap-tiap spesies di muka bumi ini , yang disebabkan oleh manusia, adalah pelajaran kita saat ini yang sangat mahal yang akan dibayar oleh anak cucu kita ...
Baca Juga: Tujuh Bumi Berwarna di Mauritius
Source