Berikut adalah perbedaan dan fakta-fakta mengenai Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum) dan Rafflesia
Padma raksasa rafflesia (R. arnoldii) gambar sebelah kiri dan bunga bangkai raksasa (A. titanum) di sebelah kanan sering tertukar dan dianggap jenis yang sama.
Baik Rafflesia maupun Amorphophallus adalah tumbuhan bunga, namun hubungan kekerabatan mereka jauh. Rafflesia arnoldii mempunyai bunga tunggal terbesar di dunia dari seluruh tumbuhan berbunga, setidaknya bila orang menilai dari beratnya. Amorphophallus titanum mempunyai perbungaan tak bercabang terbesardi dunia.
Rafflesia
1. Rafflesia Tidak Sama dengan Bunga Bangkai Raksasa
Rafflesia atau padma raksasa merupakan bunga yang dapat mengeluarkan bau busuk. Namun, umumnya masyarakat umum tertukar dan menyamakan antara rafflesia dengan bunga bangkai suweg raksasa (Amorphophallus titanum). Meskipun sama-sama berbau bangkai, jenis rafflesia (rafflesia spp) dan suweg merupakan dua jenis yang sama sekali berbeda.
Jika rafflesia bentuk bunganya melebar, maka suweg raksasa memiliki bunga yang tinggi memanjang. Jika rafflesia merupakan tumbuhan endoparasit, maka suweg adalah tumbuhan seutuhnya yang berkembang dari umbi.
Khusus untuk kesalahan ini sangat elementer di masyarakat umum, bahkan kesalahan ini juga ada dalam buku pelajaran IPA bagi siswa sekolah dasar.
2. Rafflesia Bukan Tumbuhan Pemakan Bangkai
Masih terdapat persepsi bahwa rafflesia adalah tumbuhan predator, atau tumbuhan yang hidup dari memangsa serangga. Pemikiran ini disalahartikan dengan pencampuradukan fakta antara rafflesia dan tumbuhan kantong semar (pitcher plant, nepenthes spp.).
Jika bau yang dikeluarkan oleh kantong semar adalah untuk memikat serangga agar terperangkap ke dalamnya, maka bau yang dikeluarkan oleh bunga rafflesia adalah untuk menarik lalat untuk melakukan penyerbukan antara benang sari dan putik. Menurut para ahli persentase pembuahan rafflesia sangat kecil, karena bunga jantan dan betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam waktu yang sama.
Bunga rafflesia sendiri hanya berumur satu minggu (5-7 hari) setelah itu layu dan mati, sehingga tidak mungkin keberadaan bunga rafflesia adalah untuk memangsa serangga.
3. Rafflesia Tidak Tumbuh dan Berakar di Atas Tanah
Raflesia tidak tumbuh dan berakar di atas tanah, karena rafflesia merupakan jenis tumbuhan parasit yang menempel pada inangnya yaitu sejenis tumbuhan merambat (liana) tetrastigma (tetrastigma spp).
Rafflesia tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesa, juga tidak memiliki akar dan tangkai batang. Ketika inangnya mati, maka raflesia juga turut mati. Rafflesia menyerap unsur organik dan anorganik melalui haustorium atau sejenis akar dari jaringan inangnya.
Padma raffesia tidak tumbuh di atas permukaan tanah, tetapi menempel di batang inangnya. Dalam gambar bunga R. patma yang telah layu masih menempel di batang tetrastigma.
4. Rafflesia Tidak Hanya Ada Satu Macam Jenis
Jenis rafflesia yang paling terkenal di dunia adalah R. arnoldii asal Bengkulu yang sering menghiasi berbagai macam poster maupun buku-buku ilmiah di seluruh dunia.
Namun jenis rafflesia tidak hanya terdiri dari satu jenis spesies saja. Diperkirakan di seluruh Asia Tenggara yang melingkupi Sumatera, semenanjung Malaya, Jawa, Borneo dan kepulauan Filipina terdapat sekitar 27 spesies rafflesia. Adapun 17 spesies diantaranya berada di Indonesia.
Jika bunga R. arnoldii dapat berkembang hingga diameter lebih dari 1 meter dan berat hingga 10 kg, jenis bunga rafflesia terkecil adalah R. manillana yang ada di kepulauan Filipina dengan diameter hanya sekitar 20 cm.
Rafflesia haselstii. Salah satu jenis bunga padma raksasa yang paling indah, rafflesia ini berwarna merah dan putih.
5. Rafflesia Tidak Hanya Tumbuh di Satu Tipe Hutan
Habitat hidup rafflesia pun berbeda-beda, dari yang dapat hidup di hutan pantai seperti R. patma di CA Leuweung Sancang di Jawa Barat, R. zollingeriana di hutan dataran rendah TN Meru Betiri Jawa Timur hingga R. rochusenii yang tumbuh di ketinggian 1.000-1.500 m dpl di lereng Gunung Salak dan Gunung Gede di Jawa Barat.
Selama pada habitat tersebut tumbuh inang rafflesia yaitu liana tetrastigma (famili Vitaceae) terdapat kemungkinan rafflesia dapat dijumpai di situ.
Selain keberadaan inang, faktor kecocokan klimat, seperti kelembaban merupakan faktor penting tumbuhnya rafflesia. Beberapa peneliti menduga musang dan beberapa serangga tertentu turut dalam menyebarluaskan biji parasit rafflesia.
6. Sir Stamford Raffles Bukanlah Penemu Rafflesia
Meskipun secara ilmiah seluruh genus padma raksasa diberi nama rafflesia (terambil dari nama Raffles), faktanya Gubernur Jendral Sir Thomas Stamford Raffles bukanlah penemu rafflesia. Bunga rafflesia terbesar di dunia yaitu Rafflesia arnoldii ditemukan pada tahun 1818 oleh seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold, seorang peneliti yang saat itu sedang melakukan penelitian di hutan Bengkulu.
Arnold yang bekerja untuk sebuah tim ekspedisi di bawah Raffles kemudian melaporkan temuan ini kepada atasannya. Nama ilmiah Rafflesia arnoldii merupakan gabungan dari nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Josep Arnold sebagai penemu bunga.
Sejak saat itu nama Raffles menjadi atribut lestari yang melekat sebagai nama genus ilmiah dari tumbuhan patma raksasa yang hanya dapat dijumpai di kawasan hutan-hutan di Asia Tenggara.
7. Rafflesia Sudah Dapat Dikembangbiakan di luar Habitatnya
Hingga saat ini rafflesia belum dapat dibudidayakan dan dikembangkan di luar habitat alaminya. Meski demikian penelitian yang dilakukan oleh Sofi Mursidawati dan timnya dari LIPI telah berhasil menumbuhkan bunga Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor. Teknik ini dikenal dengan nama grafting atau penyambungan akar inang rafflesia yaitu tetrastigma.
Sebelumnya para peneliti telah memperkirakan akar tumbuhan tetrastigma yang memiliki probabilitas terinfeksi biji parasit rafflesia, kemudian memotongnya dan menyambungkannya dengan tetrastigma lain yang telah ada di Kebun Raya Bogor. Dibutuhkan waktu hingga 6 tahun hingga R. patma tersebut berbunga pertama kalinya di Kebun Raya Bogor pada tahun 2010. Keberhasilan ini merupakan yang pertama di dunia.
Meskipun telah berhasil dibungakan di luar habitat alaminya, para peneliti melihat hilangnya habitat alami rafflesia akan berakibat musnahnya tumbuhan unik ini. Masih banyak misteri yang perlu dikaji tentang rafflesia.
Rafflesia patma yang berhasil dibungakan di Kebun Raya Bogor pada tahun 2012
Bunga Bangkai Raksasa atau Titan Arum
Amorphophallus titanum atau Titan Arum atau Suweg Raksasa merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan perbungaan tak bercabang terbesar terbesar di dunia. Ditemukan pertama kali oleh Odoardo Beccari seorang ahli botani Italia pada tahun 1878, di Lembah Anai, Sumatera Barat. Jenis ini hanya tumbuh endemik di hutan hujan tropik Sumatera, Indonesia.
Tumbuhan ini umumnya hidup di hutan sekunder di mana keadaan tumbuhan dan sekitarnya tidak terlalu rapat dan gelap. Pada hutan-hutan (virgin forest) yang pertumbuhan pohon-pohonnya tinggi sekali dan keadaan sekitarnya gelap, Bunga Bangkai malah tidak dapat tumbuh. Tanah yang dikehendaki adalah tanah yang mempunyai aerasi baik, gembur penuh humus atau pada tanah yang berkapur. Tumbuhan dengan baik pada ketinggian 0-1.200 m dpl.
Siklus hidup Bunga Bangkai mengalami 2 fase, yaitu fase vegetatif (berdaun), fase generatif (berbunga).
Dua bunga bangkai, satu dalam fase berbunga sedangkan yang satunya dalam fase vegetatif di Sumatera. Foto diambil di awal abad 20
Pada fase vegetatif, di atas umbi akan muncul batang tunggal dan daun yang sekilas mirip dengan pohon pepaya. Tinggi pohonnya bisa mencapai 6 m. Setelah beberapa tahun, organ generatifnya akan layu dan umbinya Dorman. Apabila lingkungan mendukung, dan umbinya memenuhi syarat pohon ini akan digantikan dengan tumbuhnya bunga bangkai. Tumbuhnya bunga majemuk yang menggantikan pohon yang layu merupakan fase generatif tanaman ini.
Bunga baru bisa tumbuh bila umbinya memiliki berat minimal 4 kg. Bila cadangan makanan dalam umbi kurang atau belum mencapai berat 4 kg, maka pohon yang layu akan di gantikan oleh pohon baru.
Selain itu, bunga bangkai merupakan tumbuhan berumah satu dan protogini, dimana bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga ini, seperti pada rafflesia, berfungsi untuk menarik kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Setelah masa mekarnya (sekitar 7 hari) lewat, bunga bangkai akan layu. Setelah itu akan kembali melewati siklusnya, kembali ke fase vegetatif, dimana akan tumbuh pohon baru di atas umbi bekas bunga bangkai.
Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga. Biji-biji ini bisa ditanam menjadi pohon pada fase vegetatif. Biji-biji inilah yang sekarang dibudidayakan.
Bunga ini pernah ditanam di Kebun Raya Cibodas, meskipun letak geografis Kebun Raya Cibodas relatif lebih tinggi dibandingkan habitat alaminya, tumbuhan ini dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik.
Bunga Bangkai di Kebun Raya Cibodas mekar sempurna 7 Maret 2016 ini tingginya mencapai 3,735 meter.
Bunga bangkai sekarang telah tersebar di berbagai tempat di penjuru dunia, terutama dimiliki oleh kebun botani atau penangkar-penangkar spesialis. Di Amerika, bunga yang muncul seringkali diberi julukan atau nama tertentu dan selalu menarik perhatian banyak pengunjung. Uniknya banyak pengunjung datang untuk "menikmati bau"nya.
Baca Juga
Source: mongabay.com dan beberapa lainnya