Sunday, September 18, 2011

Pulau Paskah, Kerusakan Ekologi?

Pulau Paskah, (Rapa Nui) Chili yang luasnya 163,6 km², adalah sebuah pulau yang terbentuk dari sebuah gunung yang sudah lama mati yang sangat terpencil dan merupakan salah satu situs paling terkenal dan paling banyak dikunjungi di dunia arkeologi. karena sekitar setengah dari 887 patung batu besar tetap berada di Rano Raraku. banyak yang bertanya-tanya mengapa begitu banyak patung yang tersisa belum selesai, kapan yang terakhir dipahat, dan bagaimana mereka diangkut pada masa itu, yaitu sekitar abad ke 5M?



Pulau Paskah dan kawahnya
  
 Moai
Walaupun bagian yang sering terlihat hanyalah "kepala", moai sebenarnya mempunyai batang tubuh yang lengkap; namun banyak moai yang telah tertimbun hingga lehernya. Kebanyakan dipahat dari batu di Rano Raraku. Tambang di sana sepertinya telah ditinggalkan dengan tiba-tiba, dengan patung-patung setengah jadi yang ditinggalkan di batu. Teori populer menyatakan bahwa moai tersebut dipahat oleh penduduk Polinesia (Rapanui) pada saat pulau ini kebanyakan berupa pepohonan dan sumber alam masih banyak yang menopang populasi 10.000-15.000 penduduk asli Rapanui. Mayoritas moai masih berdiri tegak ketika Roggeveen datang pada 1722. Kapten James Cook juga melihat banyak moai yang berdiri ketika dia mendarat di pulau pada 1774. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah tumbang akibat peperangan


"Rongorongo"
Ada berbagai lembaran (tablet) yang ditemukan di pulau yang berisikan tulisan misterius. Tulisan, yang dikenal dengan Rongorongo, belum dapat diuraikan walaupun berbagai generasi ahli bahasa telah berusaha. Seorang sarjana Hongaria, Wilhelm atau Guillaume de Hevesy, pada 1932 menarik perhatian tentang kesamaan antara beberapa karakter rongorongo Pulau Paskah dan tulisan pra-sejarah Lembah Indus di India, yang menghubungkan lusinan (sedikitnya 40) rongorongo dengan tanda cap dari Mohenjo-daro (Bukti lain dari Ancient Global Civilisation?). Hubungan ini telah diterbitkan kembali di berbagai buku. Arti rongorongo kemungkinan ialah damai-damai, dan tulisannya mungkin mencatat dokumen perjanjian damai, misalnya antara yang bertelinga panjang dan penguasa bertelinga pendek. Namun, penjelasan tersebut masih dalam perdebatan.

Petrogliph di Rano Kau, pulau Paskah

Penduduk asli pulau paskah ketika ditemukan adalah ras polinesia. penjelajah asal belanda, jacob roggeveen yang mengunjungi pulau tersebut di hari paskah tahunn 1722 (asal nama pulau paskah), mengelompokkan penduduk asli menjadi tiga:

1. berkulit gelap,
2. berkulit merah,
3. berkulit sangat pucat dengan rambut merah.

Tidak begitu jelas, mengapa penduduk pulau kecil dan terpencil di laut pasifik ini berbeda beda warna kulit.

Moai di tambang Raraku Rano, sisa-sisa sebuah peradaban yang runtuh. Untuk membantu mengungkap beberapa misteri menyelubungi Pulau Paskah, sebuah tim arkeolog terdiri dari 75 orang bekerja selama satu bulan dengan alat dan bahan kuno yang tersedia untuk kuno di Pulau Paskah. Dalam 1 bulan itu, tim berjuang dan hampir tidak mampu mengangkat hanya Moai kecil yang beratnya  10-ton. Percobaan itu tidak berhasil menjelaskan bagaimana ratusan patung batu raksasa yang mendominasi pantai pulau itu dipindahkan dan didirikan.
 Rano Raraku adalah tambang di Pulau Paskah adalah situs peninggalan purbakala yang luar biasa tempat pembuatan Moai yang dipotong dari batu vulkanik dan dipahat sebelum ditransportasikan ke berbagai situs di pulau itu. Setidaknya 288 dari patung monumental Moai yang besar sekali berdiri di atas platform batu besar yang disebut AHU. Bagaimana memindahkan Moai?

Beberapa Moai ditempatkan pada platform upacara dan penguburan disebut Ahu. Dan dianggap sangat tidak sopan untuk berjalan di Ahu.
15 Moai menghadap ke arah pulau di Ahu Tongariki dekat Rano Raraku. Para Moai telah digali dan dipulihkan oleh arkeolog Chili Claudio Cristino pada 1990-an.


Teori-teori memindahkan Moai
1. Berdasarkan kepercayaan penduduk setempat patung-patung itu diangkat dan diberdirikan dengan menggunakan kekuatan gaib yg disebut Mana, yang dikerahkan oleh raja-raja jaman dulu.

2. teori lain melibatkan makhluk luar angkasa. makhluk cerdas dari luar angkasa ini meminta penduduk asli membuat patung yg dibilang lebih mirip robot. pengangkatan menggunakan benda terbang.

3. teori lain lagi adalah dengan menggunakan tali, moai dimiringkan dan diputar menggelinding dengan tahanan tali tersebut. tapi setelah dicoba hasilnya gagal, cuma bisa bergeser dikit aja...


4. teori lainnya adalah menggelindingkan moai di atas bantalan ubi dan kentang. tapi yg lebih dipercaya adalah dengan menggunakan kayu gelinding dan didirikan dengan katrol dari kayu panjang dan batu. tapi metode ini riskan merusak patung.

Diantara teori teori diatas, teori keempatlah yang dipercaya para ahli sejarah saat ini. Penduduk pulau paskah menebang pohon pohon di pulau itu kebanyakan untuk mengangkut Moai Moai yang mereka buat. Lama kelamaan tak satupun pohon di pulau itu tersisa (sampai sekarang tak ada pohong besar dan tua di pulau ini). Hal ini membuat pulau paskah yang dulunya adalah pulau surga, berubah menjadi tandus. Penduduk pulau paskah mulai terserang kelaparan yang akhirnya membuat mereka saling bunuh dan mempraktekkan kanibalisme.

Kawah Osterinsel, Rano Kao

Ada sistem gua yang luas juga di Pulau Paskah, beberapa dengan langit-langit dan dinding yang dicat dengan seni gua pribumi. Gua digunakan oleh penduduk untuk bersembunyi selama perang suku dan mungkin setelah penduduk yang tersisa mulai kelaparan dan kanibal.. Gua ini diterjemahkan sebagai "Gua Manusia Makan" dan "Gua Makan Manusia" karena diyakini penduduk asli beralih ke kanibalisme untuk bertahan hidup. Setelah menggunakan semua sumber daya lingkungan di tempat yang dulunya sebuah pulau surga yang subur, kelaparan diduga membuat pribumi untuk makan satu sama lain.


Kalau benar teori ini, berarti pulau Paskah adalah lambang keserakahan manusia yang berakibat rusaknya ekologi dan pada gilirannya membuat kesengsaraan pada manusia itu sendiri

Moai di dekat jalan setapak

Di pulau paskah juga ada batu bulat seperti yang ditemukan di Moeraki Boulder new zealand dan berbagai tempat di dunia lainnya. batu ini bernama Ahu Te Pito Kura, "Pusar Dunia", sebuah batu bulat sempurna dianggap pusar dunia oleh Nuians Rapa

Tetap bersahabat dan bersama sampai akhir

Moai di Rano Raraku

Sunset di Tahai Ahu, pulau paskah

Sebagian besar moai dipahat dari batu vulkanik. Rata-rata tingginya sekitar 14 ,5 meter dan beratnya sekitar 14 ton. Ada beberapa Moai yang tingginya 33 meter, beratnya lebih dari 80 ton. Beberapa  patung monumental lainnya hanya  dipotongkan dari batuan dasar, namun panjangnya 65 kaki dan diperkirakan memiliki berat sekitar 270 ton. Beberapa sumber menyarankan maoi maoi mungkin ditransportasikan oleh sekitara 50 dan 150 orang dengan rol yang terbuat dari pohon-pohon di pulau itu.
Catatan penulis:
Jadi kisah peradaban di pulau paskah ini bisa saya rangkumkan begini:

Pada suatu masa, pulau Easter ini dipenuhi oleh pohon palem. tapi ketika belanda mendarat th 1772, pulau ini sangat gundul dikarenakan penduduknya menggunakan batang2 pohon untuk mengangkut patung2 mereka dari tempat pembuatan patung ke tempat tujuan. ada beberapa patung terletak sampai 16 kilometer dr tempat pembuatannya. ketika semua pohon di pulau ini habis, menyebabkan mereka tidak bisa membuat kapal untuk menangkap ikan. Karena itu kelaparan melanda. Erosi tanah menghantam pulau beberapa kali dan tidak ada kapal untuk melarikan diri. Sekali lagi, peristiwa lenyapnya pohon-pohon ini dipercaya mendahului perang saudara diantara penduduk. Sebuah ukiran kayu kuno menunjukkan adanya ukiran orang-orang kurus kering diatasnya, merujuk kepada peristiwa kelaparan. Peristiwa kelaparan ini mungkin telah membawa penduduk pulau paskah saling memakan temannya. Populasi penduduk pulau itu telah melebihi pertumbuhan sumber-sumber alamnya.

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (QS 30:41)


Wallahualam



Baca Juga:






Popular Posts