Perang Parit lebih condong ke arah defensif. Karena ini adalah suatu taktik bertahan dari serangan musuh yang menyerbu. Mereka yang membangun pertahanan berupa galian tanah dan biasanya galian tersebut diisi dengan air untuk lebih menyulitkan musuh datang mendekat, lebih cenderung menunggu serangan dari pihak musuh.
Namun yang namanya tembok dan parit, selain dapat digunakan sebagai penghalang masuk, juga sebagai penghalang keluar. Taktik menggunakan tembok dan parit sebagai penghalang keluar inilah yang digunakan Julius Caesar untuk mengalahkan bangsa Galia (pertempuran Alesia 52 SM) yang bertahan di benteng mereka yang kokoh di puncak bukit daerah Alesia.
Perang Parit masakini menggunakan parit sebagai tempat yang aman untuk menembak musuh. Ini dilakukan pada perang dunia pertama dan kedua. mereka yang membangun pertahanan berupa galian tanah yang memanjang dan paralel, dan memasang barikade berupa kawat yang dipasang pada garis depan. Dari dalam parit mereka menembaki musuh yang mendekat dengan senapan, pistol, melempar granat, dan dibantu senapan mesin. Jika musuh sudah memasuki parit, mereka bertarung jarak dekat dengan bayonet, atau sekop yang ditajamkan ujungnya.
Perang parit masa ini (PD I & PD II) sungguh perang yang memulai era baru persenjataan, yaitu ditemukannya senapan submesin atau pistol mitraliur yang efektif pada jarak dekat. Dan ditemukannya tank yang tahan tembakan peluru senapan. Perang ini bukan perang yang efektif, sejak ditemukannya tank yang dapat melintasi parit selebar 2 meter. Flamethrower yang daya tembaknya lebih menyebar mampu membersihkan seisi parit.
Perang Parit/Khandak Jaman Rasul
Pertempuran ini dinamai Pertempuran Khandaq (Arab الخندق) karena parit yang digali oleh umat Islam dalam persiapan untuk pertempuran. Kalimat Khandaq adalah kata bahasa Arab dari bahasa Persia "kandak" (yang berarti "Itu yang telah digali"). Pertempuran juga disebut sebagai Pertempuran Sekutu (bahasa Arab غزوة الاحزاب). Al-Qur'an menggunakan istilah sekutu (Arab الاحزاب) dalam surah Al-Ahzab [Quran 33:9-32] untuk menunjukkan persekutuan antara Arab pagan dan yahudi Arab terhadap Islam.
Pengepungan ini adalah "pertempuran kecerdasan", di mana para ahlik taktik Muslim mengatasi lawan-lawan mereka, sementara jatuh korban sangatlah sedikit. Upaya sekutu untuk mengalahkan kaum Muslim gagal, dan kekuatan Islam menjadi berpengaruh di wilayah tersebut. Akibatnya, tentara Muslim mengepung sekitar Banu Qurayza, yang mengarah ke penyerahan tanpa syarat mereka. Kekalahan itu menyebabkan Mekah kehilangan perdagangan mereka dan sebagian besar adalah kehormatan harga diri mereka.
Untuk melindungi Madinah dari serangan sekutu yang terbentuk dari usaha yahudi bani nadhir, maka dibuatlah parit sebagai strategi berperang untuk menghindari serbuan langsung dari pasukan Al-Ahzab Quraisy dan bani Nadir. Strategi pembuatan parit di sela sela daerah yang tidak terlindungi oleh pegunungan sebagai tempat perlindungan adalah strategi dari sahabat Rasulullah S.A.W bernama Salman al-Farisi yang berasal dari Persia, sehingga perang ini disebut dengan pertempuran parit/khandaq. Sejatinya strategi ini berasal dari Persia, yang dilakukan apabila mereka terkepung atau takut dengan keberadaan pasukan berkuda. Bangsa arab saat itu tidak mengenal strategi ini.
Lalu digalilah parit di bagian utara Madinah selama sembilan hari. Pasukan sekutu datang dengan kekuatan 10.000 pasukan yang siap berperang. Pasukan sekutu membuat kemah di bagian utara Madinah, di tempat itu adalah tempat yang paling tepat untuk melakukan perang. Mereka tidak bisa melakukan penyerbuan langsung karena adanya parit yang menyulitkan mereka untuk melakukan penyerbuan langsung tanpa menimbulkan banyak korban dipihak mereka. Maka diputuskan untuk mengepung umat islam sambil menunggu upaya pengkhianatan bani Quraizah dari dalam. Namun pengkhianatan dari kaum Yahudi Bani Qurayzhah atas kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya untuk mempertahankan kota Madinah, cepat diketahui oleh kaum muslim.
Setelah terjadi pengepungan selama satu bulan penuh Nua'im bin Mas'ud al-Asyja'i yang telah memeluk Islam tanpa sepengetahuan pasukan sekutu dengan keahliannya memecah belah pasukan sekutu. Lalu Allah S.W.T mengirimkan angin yang memporakporandakan kemah pasukan sekutu, memecahkan periuk-periuk mereka, dan memadamkan api mereka. Hingga akhirnya pasukan sekutu kembali ke rumah mereka dengan kegagalan menaklukan kota Madinah. Setelah peperangan itu, Rasulullah dan para sahabat berangkat menuju kediaman bani quraizah untuk mengadili mereka.
Salah satu Hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa khandak ini adalah. Berusaha saja tidak cukup, tapi berusahalah sebaik mungkin, dan keberhasilannya serahkan kepada Allah. Karena masalah hasil dari usaha kita itu adalah urusan Allah. Mengapa berusaha saja tidak cukup? Kita lihat kisah diatas, bahwa kaum muslimin, alih-alih mereka menyambut serangan musuh mereka yang jumlahnya jauh lebih besar daripada mereka, mereka menggali parit untuk bertahan sebagai salah satu taktik. Jika mereka menyambut musuh mereka dengan perang secara frontal, mereka juga disebut telah berusaha, tapi itu bukan usaha yang terbaik karena kemungkinan besar mereka akan kalah, mengingat jumlah musuh yang begitu besar. Dan pertolongan Allah datang setelah kaum muslim melakukan usaha terbaik mereka memecah belah persatuan musuh.
Wallahualam
Dibawah ini beberapa foto mengenai kastil dan istana di dunia yang dikelilingi oleh Parit yang diisi air atau dikenal dengan MOAT
Angkor Wat, Cambodia
Bodiam Castle – East Sussex, England
Fagaras Castle, Romania
Jatiyo Sangshad Bhaban (National Assembly Building), Bangladesh
Home of Charles Sieger – Miami, Florida
Matsumoto-Castle
Forbidden City – Beijing, China
Beloeil Castle, Belgium
Egeskov Castle, Denmark
Vadstena Castle, Sweden
Muiderslot Castle, Netherlands
Château de Chambord, France
Frederiksborg Palace, Denmark
Bodelschwingh Castle – Dortmund, Germany
Burg Gudneau, Germany
Source: Wikipedia dan berbagai sumber