Blood Falls (air terjun darah) Antartika
Air terjun setinggi lima lantai ini mencurahkan air berwarna merah darah, yang sangat perlahan keluar dari Glacier Taylor di Lembah Kering Antartika, McMurdo. Ketika ahli geologi pertama kali menemukan air terjun beku ini di tahun 1911, mereka pikir warna merah berasal dari algae (ganggang), tapi ternyata alasan mengapa air terjun ini berwarna merah darah, jauh lebih spektakuler.
Sekitar dua juta tahun yang lalu, Taylor Glacier menyegel bagian bawahnya yang berupa tubuh kecil air yang mengandung komunitas mikroba kuno. Terjebak di bawah lapisan tebal es, mereka tetap di sana sejak itu, terisolasi dalam sebuah kapsul waktu alami. Berkembang secara independen dari dunia luar, mikroba ini ada di sebuah tempat yang tidak ada cahaya, tidak ada oksigen bebas dan sedikit panas, dan pada dasarnya inilah definisi dari "cairan primordial." Danau yang terjebak ini memiliki salinitas yang sangat tinggi dan kaya akan zat besi, yang memberikan air terjun warna merah. Sebuah celah di gletser memungkinkan subglacial mengalir keluar, membentuk air terjun tanpa mencemari ekosistem didalamnya.
Adanya air terjun darah menunjukkan ekosistem kehidupan yang bisa eksis dalam kondisi yang paling ekstrim di Bumi. Meskipun hal ini menggoda kita untuk menghubung-hubungkannya denga kehidupan yang bisa terjadi di planet lain, tetapi bagaimanapun hal ini tetap tidak membuktikan, bahwa kehidupan bisa ada di planet lain dengan lingkungan yang sama dan organisme air beku yang sama -terutama di Mars dan bulannya Jupiter, Europa- karena kehidupan seperti itu haruslah muncul dari sebuah rantai peristiwa yang sama sekali berbeda.
Meskipun ini tidak mengkonfirmasi keberadaan kehidupan di luar bumi, air terjun darah Antartika tetaplah sebuah keajaiban alam, baik secara visual maupun ilmiah.
Sungai Lima Warna Colombia
Sebuah keajaiban biologis yang unik, Cano Cristales juga disebut sebagai "sungai lima warna," "sungai yang mengalir dari surga," dan "sungai paling indah di dunia"
Untuk sebagian besar waktu dalam setahun, Cano Cristales tidak dapat dibedakan dari sungai lainnya: alas batu ditutupi lumut hijau kusam yang terlihat di bawah arus dingin dan jernih yang mengalir.
Namun, untuk jangka waktu yang singkat setiap tahun, Sungai mengalami ledakan yang dinamis dalam warna. Selama rentang singkat antara musim basah dan kering, bila tingkat air tepat, sebuah spesies tanaman unik yang melapisi dasar sungai disebut Macarenia clavigera, berubah warna menjadi merah cemerlang. Hal ini diimbangi oleh bercak kuning dan hijau dari pasir, birunya air, dan seribu nuansa yang ada diantaranya.
Peristiwa ini hanya terjadi untuk jangka waktu singkat di antara musim. Selama musim hujan Kolombia, air mengalir terlalu cepat dan dalam, menutupi bagian bawah sungai dan menghalangi clavigera Macarenia dari sinar matahari yang dibutuhkan untuk berubah merah. Selama musim kemarau tidak ada cukup air untuk mendukung barisan yang mempesonakan dari kehidupan di sungai. Tapi untuk beberapa minggu dari September sampai November, sungai berubah menjadi pelangi yang benar benar hidup.
Cano Cristales terletak di daerah yang jauh dan terisolasi, serta tidak mudah diakses melalui jalan darat. Wisatawan petualang sekarang dapat terbang ke kota terdekat dari La Macarena. Dari situ, hanya menempuh perjalanan singkat untuk sampai ke "SerranĂa de la Macarena," taman nasional di mana Cano Cristales berada.
Situs ini secara efektif ditutup untuk wisatawan selama beberapa tahun karena kegiatan gerilya di wilayah ini bersama dengan keprihatinan tentang dampak lalu lintas wisata yang tidak diatur. Namun telah dibuka kembali untuk pengunjung di tahun 2009, dan saat ini ada beberapa Agen Wisata Kolombia yang akan menerbangkan wisatawan ke La Macarena. Dari sana, mereka harus menunggang kuda (atau donkey) dan dengan berjalan kaki menuju situs. Pengunjung tidak diizinkan untuk menginap atau memasak.
Tanah Merah Lexiaguo
Lexiaguo adalah salah satu tempat di bumi yang sulit untuk dipercaya bahwa tempat seperti ini benar benar ada. Komunitas internet telah memperdebatkan keaslian foto, dan palet yang menyapu lahan pertanian, dan banyak pragmatis, yakin lanskap ini adalah hasil photoshop. Tapi sebenarnya tidak. Lexiaguo sebenarnya memang berwarna-warni, dan yang menakjubkan, benar-benar ada di Cina Selatan.
Dikenal sebagai "Tanah Merah" karena warna yang mencolok, warna dasar bumi di Lexiaguo ini diwarnai dengan besi teroksidasi. Hampir jenuh dengan mineral, tanah menjadi coklat gelap dan kemerah merahan. Namun tanah hanyalah awal dari fantasi-pedesaan.
2600 meter di atas permukaan laut di atas tanah adalah lautan lahan pertanian dan bunga bunga putih, dibercaki dengan merahnya tanah yang teroksidasi. Tanpa banyak infrastruktur atau organisasi pemerintah, wilayah ini sebagian besar terdiri dari petani yang tidak terafiliasi, yang menanam tanaman secara individu pada lereng teras provinsi. Meskipun kurangnya organisasi telah menjadikan daerah itu terbelakang, namun juga telah menyebabkan perbedaan yang mencolok dalam warna dan tanaman di lahan pertanian Lexiaguo, dan telah membuat tanah menjadi potret alam yang menakjubkan.
Panjin Red Beach, China
Pantai Merah terletak di Delta Sungai Liaohe, sekitar 30 kilometer dari barat daya Kota Panjin di Cina. Pantai mendapatkan namanya dari penampilannya, yang disebabkan oleh jenis rumput laut yang tumbuh subur di tanah salin-alkali. Rumput yang mulai tumbuh pada bulan April atau Mei tetap hijau selama musim panas. Pada musim gugur, gulma ini ternyata menyala merah, dan pantai terlihat seolah-olah tertutup oleh karpet merah sejauh mata memandang yang menciptakan lanskap laut berwarna merah yang langka Sebagian besar Pantai Merah adalah cagar alam dan tertutup untuk umum. Hanya sebagian kecil, dan terpencil, yang dibuka bagi wisatawan. Laut yang Menyala, Horn of Africa
Area bercahaya (bioluminescent) terbesar di dunia, adalah sepetak laut kira-kira seukuran Connecticut, yang belum ditemukan oleh ilmu pengetahuan sampai tahun 2005. Dikenal sebagai "Laut Susu", yang telah lama menjadi subjek dongeng dalam dunia pelayaran. Bahkan muncul di dalam novel 20.000 Leagues Under The Sea karya Jules Verne.
“It is called a milk sea” I explained. “A Large extent of white wavelets often to be seen on the coasts of Ambouna, and in these parts of the sea... the whiteness which surprises you is caused by the presence of myriads of infusoria, a sort of luminous little worm.”
Terlepas dari cerita-cerita tentang samudera luas yang bercahaya, komunitas ilmiah umumnya mengabaikan cerita ini, karena banyak yang berpikir bahwa konsentrasi bakteri yang diperlukan untuk membuat semacam area yang luas menjadi bercahaya adalah tidak mungkin. Kemudian seorang ilmuwan bernama Steve Miller memutuskan untuk memeriksa.
Dengan mencari akun yang mencatat fenomena tersebut lewat internet, dia menemukan log (catatan perjalanan kapal) dari SS Lima yang tercatat melintasi lautan susu pada tahun 1995. Sementara itu diasumsikan bahwa daerah itu mungkin tidak akan cukup besar, atau memiliki cahaya yang cukup dan berkelanjutan sehingga bisa ditangkap oleh citra satelit, Miller, dengan bantuan Steve Haddock, memperoleh data arsip dari Program satelit Meteorologi Pertahanan AS untuk malam dimana SS Lima mencatat fenomena tersebut. Ketika mereka mencocokkannya dengan koordinat direkam oleh SS Lima, mereka tiba-tiba melihatnya bersinar: Sebuah wilayah besar yang bersinar di tanduk Afrika (Horn of Africa).
Diyakini disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi yang bercahaya, luas daerah yang bercahaya lebih dari 15.400 km persegi dan terlihat oleh satelit bersinar selama tiga malam di akhir Januari. Masih belum jelas bagaimana sekumpulan bakteri sebesar atau sebanyak itu bisa eksis.
Milky Sea juga menambahkan satu lagi kebenaran dalam novel Jules Verne selain kebenaran kebenaran yang sudah terungkap seperti mekanisme kapal selam dll. Akankah ada kebenaran lagi dalam cerita Jules Verne yang menunggu untuk diungkap?
Subhanallah