Saturday, September 7, 2013

Waw an-Namus - Oasis Nyamuk di Libya

Waw an-Namus adalah kawah gunung berapi punah yang terletak di salah satu tujuan terpencil di Libya, jauh di pusat gurun Sahara. Daerah vulkanik Waw an-Namus lebarnya sekitar 4 km, dikelilingi oleh 10 sampai 20 km lebar endapan abu hitam gelap yang kontras dengan warna pasir gurun yang kekuningan. Di lantai kaldera terdapat kerucut cinder yang tingginya 120 meter, sumber nyata dari abu, serta tiga danau air asin kecil yang berwarna . Nama "Waw an-Namus" berarti "Oasis Nyamuk", atau menurut penafsiran lain "Kawah Nyamuk", dari fakta bahwa danau kecil disekitarnya penuh dengan nyamuk, dan karena itu jika berkemah di dekatnya membutuhkan kelambu atau anti nyamuk.



Sebuah fenomena umum di Sahara adalah adanya sumber air minum di dekat danau garam. Sumber air langka ini mengairi danau dan juga digunakan oleh wisatawan di masa lalu. Karena keberadaan air segar di gunung terpencil ini, Waw An Namus selalu menjadi titik persinggahan penting bagi para kafilah yang melakukan perjalanan dari Waw Al-Kabir ke Rebiana sebelum mencapai Al Kufrah, oasis selanjutnya di tenggara Libya.


Keberadaan gunung berapi ini pertama kali dilaporkan ke dunia luar oleh Karl von Moritz Beurmann (1862) dan Gerard Rohlfs (1881), meskipun mereka tidak pernah mengunjungi situs tersebut. Mungkin orang Eropa pertama yang mengunjungi gunung ini dan melaporkannya adalah orang Prancis, Laurent Lapierre (1920). Lapierre adalah seorang perwira militer yang ditangkap dalam pertempuran dan dibawa ke penampungan di Kufra melalui Waw Al-Kabir dan Waw An-Namus, sehingga memiliki kesempatan untuk melaporkan petualangannya setelah dibebaskan beberapa tahun kemudian.


Sekitar sebelas tahun kemudian seorang geolog Italia, Ardito Desio, mencapai Waw An-Namus dengan menggunakan unta. Pada ekspedisi geologinya ini, Desio juga mengunjungi Jalu, Maradah, Waw Al-Kabir, Tmassah dan Kufra serta menerbitkan deskripsi geologi gunung berapi untuk pertama kalinya pada tahun 1935.


Setelah Perang Dunia Kedua, beberapa ilmuwan mengunjungi gunung berapi, termasuk ahli geografi Nikolaus Benjamin Richter yang melakukan beberapa perjalanan ke gunung berapi dan menerbitkan sebuah buku tentang perjalanannya ke daerah itu pada tahun 1960. Sejak saat itu, dan seiring pemerintah Libya memulai pemberian konsesi minyak di Libya, beberapa ahli geologi, ahli geofisika dan wisatawan telah mengunjungi Waw An-Namus, baik untuk menjelajahi daerah sekitarnya atau karena mereka tertarik dengan deskripsi gunung berapi. Dalam dua dekade terakhir, Waw An-Namus telah menjadi salah satu tujuan utama bagi sebagian besar wisatawan yang mengunjungi gurun Libya pada umumnya dan wilayah Fezzan pada khususnya.








Baca Juga:





Source

Popular Posts