Raja bani Israel, Sulaiman membangun sebuah tempat ibadah kepada Tuhannya, yang dikenal oleh orang Yahudi dengan nama Bait Salomo atau Bait Sulaiman (bahasa Ibrani: בית המקדש, Beit HaMikdash), juga disebut sebagai Bait Pertama ataupun Haikal Sulaiman, yang menurut Alkitab adalah bait suci pertama agama Yahudi kuno di Yerusalem. Bangunan ini digunakan untuk beribadah dan mempunyai fungsi utama untuk mempersembahkan kurban korbanot. Selama beberapa abad tempat ini menjadi pusat ibadah bangsa Israel.
Ilustrasi Bait Sulaiman
Yerusalem saat itu adalah ibukota Kerajaan Israel Bersatu namun setelah Sulaiman wafat (sekitar 930 SM), sepuluh suku utara memisahkan diri membentuk Kerajaan Israel di utara. Yerusalem kemudian menjadi ibukota Kerajaan Yehuda yang terdiri dari dua suku.
Sumber awal informasi tentang Kuil Pertama adalah Alkitab Ibrani (atau Perjanjian Lama). Menurut sumber-sumber Alkitab, candi ini dibangun di bawah Raja Salomo saat kerajaan Israel masih bersatu.
Dalam Alkitab Ibrani (atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen), yaitu Kitab 1 Raja-raja pasal 6, dicatat bahwa raja Salomo membangun Bait ini selama 7 tahun, dimulai dari bulan ke-2 pada tahun ke-4 pemerintahannya dan selesai pada bulan ke-8 pada tahun ke-11. Catatan-catatan tersebut antara lain:
Dan terjadilah pada tahun ke-480 sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada tahun ke-4 sesudah Salomo menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang ke-2, maka Salomo mulai mendirikan rumah bagi TUHAN.
Tahun ke-4 pemerintahan Salomo menurut para ahli arkeologi adalah pada tahun 966 SM.
Dalam tahun yang ke-4, dalam bulan Ziw, diletakkanlah dasar rumah TUHAN, dan dalam tahun yang ke-11, dalam bulan Bul, yaitu bulan ke-8, selesailah rumah itu dengan segala bagian-bagiannya dan sesuai dengan segala rancangannya; jadi 7 tahun lamanya ia mendirikan rumah itu.
Tahun ke-11 pemerintahan Salomo menurut para ahli arkeologi adalah pada tahun 960 SM.
dikatakan juga bahwa di Bait Pertama inilah Tabut Musa disimpan. Dan pada tahun 587 SM, Bait Sulaiman ini dihancurkan oleh bangsa Babilonia yang menaklukan kerajaan Yehuda dan menjadikan bangsa israel sebagai budak di babilonia.
Sebenarnya ada perbedaan pendapat mengenai lokasi dimana sebenarnya Bait Sulaiman ini berdiri di kalangan umat yahudi sendiri. Sedangkan dalam Kitab 2 Tawarikh di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, Bait Sulaiman berada di Gunung Moria, yang lokasi pasti gunung ini juga menjadi masalah dalam beberapa perdebatan.
Setelah bangsa israel dibebaskan dari perbudakan oleh Cyrus II, raja Persia yang menaklukkan Babilonia, mereka pun mulai membangun kembali sebuah Bait yang merupakan rekonstruksi dari Bait Pertama di Yerusalem. Bait yang selesai sekitar tahun 516 SM ini kemudian sering disebut sebagai Bait Kedua.
Ilustrasi Bait Kedua |
Bait Kedua ini sempat diperluas oleh Herodes I, seorang raja boneka Romawi yang berkuasa di Yudaea (sekitar 74 SM sampai sekitar 1 SM di Yerusalem), sekitar tahun 19 SM. Akhirnya Bait Kedua ini dihancurkan oleh tentara Romawi di bawah pimpinan jenderal Titus (kelak menjadi Kaisar Romawi) setelah pengepungan Yerusalem pada tahun 70 M.
Bait Kedua yang diperluas oleh Herodes
PANDANGAN ISLAM
Menariknya, ditaklukkannya bani Israel dua kali oleh dua bangsa yang berlainan dan hancurnya kedua Bait, baik Bait Pertama maupun Kedua, milik bani Israel tersebut diceritakan "mengapa terjadi" nya dengan sangat indah di dalam Al Quran. Yaitu di surat Al Israa' ayat 4-7:
4. Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar."
5. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
6. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.
7. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Itulah mengapa Bani Israel ditaklukkan dan Bait Pertama dan Bait Kedua bani Israel juga hancur, yaitu karena Bani Israel melakukan kerusakan dan kejahatan di muka bumi. Dan itu bahkan sudah tertulis dalam kitab Taurat sebelumnya.
Ilustrasi Penghancuran Bait Suci Yerusalem
Kejahatan atau kerusakan apakah yang dilakukan bani Israel? Beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa:
Kejahatan/kerusakan pertama yang mereka perbuat adalah menentang hukum Taurat, membunuh Nabi Syu'ya dan memenjarakan Armia. Oleh karena itu Tuhan menghukum mereka dengan ditaklukannya mereka dan dihacurkannya Bait Pertama mereka oleh bangsa Khaldean/Babilon.
Kejahatan/kerusakan kedua adalah membunuh Nabi Zakaria dan bermaksud untuk membunuh Nabi Isa a.s. Akibat dari perbuatan itu, Yerusalem dihancurkan oleh bangsa Romawi.
Subhanallah
Umat Muslim meyakini bahwa memang benar ada Bait Allah yang dibangun oleh Nabi Sulaiman, hanya saja mereka menyebutnya dengan Masjid Al-Aqsha atau Baitul Maqdis [Bait Suci] Selain pernah menjadi kiblat shalat (sebelum beralih ke Ka'bah), Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa ini juga memiliki keistimewaan tersendiri dikalangan umat muslim, karena diawal surat Al Israa' disebutkan bahwa Masjidil Aqsha adalah tempat dimana Rasulullah SAW singgah melakukan shalat sebelum beliau Mi'raj ke Sidratul Muntaha.
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 17:1)
Subhanallah
Masjidil-Aqsa bila diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, maka ia berarti "masjid terjauh". Istilah "terjauh" dalam hal ini digunakan dalam konteks yang berarti "terjauh dari Mekkah". Selama berabad-abad yang dimaksud dengan Masjid Al-Aqsa sesungguhnya tidak hanya bangunan masjid saja, melainkan juga area di sekitar bangunan itu yang dianggap sebagai suatu tempat yang suci. Perubahan penyebutan kemudian terjadi pada masa pemerintahan kesultanan Utsmaniyah (kira-kira abad ke-16 sampai awal 1918), dimana area kompleks di sekitar masjid disebut sebagai Al-Haram Asy-Syarif, sedangkan bangunan masjid yang awalnya didirikan oleh Umar bin Khattab disebut sebagai Jami' Al-Aqsa atau Masjid Al-Aqsa
Penemuan lokasi Bait Allah Tahun 15 H saat penaklukan Yerusalem, Khalifah Umar Bin Khattab-lah yang menemukan lokasi Batu AsSakhrah dengan bantuan Kaab Al-Ahbar, seorang Imam Tabi’in yang awalnya adalah seorang Rabi Yahudi. Saat mengunjungi lokasi Bait Allah yang berantakan dan tak terurus, beliau berkata kepada Kaab ; ”Dimana letak Sakhrah wahai Ka’ab?”, lantas Ka’ab menjawab ; ”Ukurlah beberapa depa dari Wadi Jahannam (Oase Gehenna) Ya Amirul Mu’minin...”. Lantas beliau menemukannya, beliau lalu masuk dari pintu dahulu Rasulullah pernah memasukinya yaitu Babul Magharibah (Bab Ha Mugharabim) dan membersihkan tempat itu dengan selendangnya diikuti oleh umat muslim yang lain. Beliau lalu salat di tempat yang diyakini sebagai tempat salat Muhammad pada saat Isra Mi'raj, bersama umat muslim yang lain dengan membaca surat Shaad dan surat Al-Israa. Subhanallah.
Baitullah artinya Rumah Tuhan dalam Islam adalah sebutan untuk Ka'bah yang terletak di Masjidil Haram, sedangkan masjid yang jauh/Masjid Al-Aqsa adalah sebutan untuk seluruh kawasan pekarangan kompleks situs suci Al-Haram asy-Syarif pada periode awal muslim di Yerusalem (bukan hanya bangunan fisik masjid yang dibangun belakangan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan).
Haram asy-Syarif dimana di dalamnya berdiri sebuah masjid (kubah perak kebiruan) yang kini bernama masjidil Aqsa dan Kubah Shakhrah (kubah emas) atau Dome of Rock dimana terletak batu yang dulunya adalah puncak gunung Moria
Khalifah Umar bin Khattab, yang pertama kali menemukan lokasi sesuai sifat-sifat yang digambarkan Nabi Muhammad kepadanya. Abdul Malik bin Marwan kemudian membangun Kubah Shakhrah atau Dome of Rock yang menaungi Ash-Shakhrah (batu yang terletak pada puncak Bukit Moria) yang konon pernah menjadi tempat berpijak Nabi Muhammad ketika mi'raj.
Ash-Shakhrah yang terdapat di dalam Dome Of Rock
Umar kemudian mendirikan sebuah rumah ibadah kecil di sudut sebelah selatan area tersebut. Ia secara berhati-hati menghindarkan agar batu Ash-Shakhrah tidak terletak di antara masjid itu dan Ka'bah, sehingga umat Islam hanya akan menghadap ke arah Mekkah saja ketika mereka salat.
Kubah Shakhrah atau Dome of Rock dari Luar
Inilah yang saat ini bernama Masjid Al Aqsa
Pada saat itu bangunan masjid masih sederhana pada umumnya hanya berupa lapangan luas dengan dinding tanpa atap kecuali pada bagian pengimaman yang beratapkan daun-daun kurma, jauh berbeda dengan gambaran masjid saat ini. Pada dasarnya setiap masjid adalah Rumah Tuhan (Bayt Allah), sehingga masjid biasanya dinamakan dengan nama-nama Allah misalnya Baitur-Rahman (Rumah Sang Maha Penyayang], Baitus-Salam (Rumah Sang Maha Pendamai}, dan sebagainya.
Pembangunan Kembali Bait Ketiga
Sejak dihancurkannya Bait Kedua pada tahun 70 M., orang Yahudi terus berdoa agar Tuhan mengizinkan mereka membangunnya kembali. Doa ini adalah bagian resmi dari doa-doa Yahudi tiga kali sehari.
Kaisar Romawi Yulianus (331-363) pernah merencanakan, namun kemudian dibatalkan, untuk mengizinkan orang-orang Yahudi membangun kembali "Bait Suci Ketiga", sebagai bagian dari programnya di seluruh kekaisaran untuk memulihkan/menghidupkan kembali agama-agama setempat. Ada alasan untuk menduga bahwa Yulianus ingin membangun kembali "Bait Suci Ketiga" untuk tujuannya sendiri yaitu mengangkat dirinya menjadi dewa, dan bukan untuk peribadahan menyembah Tuhan orang Yahudi. Rabi Hilkiyah, salah seorang rabi terkemuka pada masa itu, menolak uang Yulianus, dengan mengatakan bahwa orang non Yahudi tidak boleh ikut serta di dalam pembangunan kembali bait suci.
Untunglah saat ini dikalangan yahudi sendiri terjadi perdebatan mengenai perlu tidaknya dibangun kembali Bait Ketiga di Yerusalem ini.
Yudaisme Ortodoks percaya dan mengharapkan bahwa Bait Ketiga akan dibangun kembali dan ibadah kurban, yang dikenal sebagai korbanot akan kembali dipraktekkan dengan pembangunan kembali Bait yang ketiga.
A hingga C adalah tempat yang diyakini dimana Bait Kedua pernah berdiri, sedangkan B adalah Kubah Shakhrah
Yudaisme Konservatif telah memodifikasi doa-doa mereka. Buku-buku doa mereka mengharapkan pemulihan Bait Allah, tetapi tidak memohon dipulihkannya kurban binatang. Kebanyakan naskah yang terkait dengan kurban digantikan dengan ajaran Talmud bahwa perbuatan baik kini berfungsi sebagai penebus dosa. Dalam doa utama, Amidah, ungkapan Ibrani, na'ase ve'nakriv (kami akan mempersembahkan dan mengurbankan) kini diubah hingga berbunyi asu ve'hikrivu (mereka dipersembahkan dan dikurbankan), hingga menunjukkan bahwa kurban binatang adalah praktek pada masa lampau. Permohonan agar "kurban api-apian Israel" diterima pun dihapuskan.
Yudaisme Reformasi tidak menuntut dipulihkannya lembaga kurban ataupun pembangunan kembali Bait, meskipun sebagian buku doa kelompok ini mulai beralih kepada pengharapan pembangunan kembali Bait Allah sebagai suatu pilihan.
Dan alasan yang mungkin paling utama dari belumnya Bait Ketiga dibangun hingga kini, adalah Zionis Israel takut jika mereka melakukan itu, maka negara-negara arab serta beserta muslim seluruh dunia akan bersatu melawan mereka. Ya, mereka lebih suka umat muslim dan bangsa arab terpecah belah seperti saat ini, meskipun sebenarnya mereka juga berpecah belah.
Status Kepemilikan Saat Ini
Kepemilikan Masjid Al-Aqsa merupakan salah satu isu dalam konflik Israel-Palestina. Israel mengklaim kekekuasaan atas masjid tersebut dan juga seluruh Bukit Bait Suci, tetapi Palestina memegang perwalian secara tak resmi melalui lembaga wakaf. Selama negosiasi di Pertemuan Camp David 2000, Palestina meminta kepemilikan penuh masjid ini serta situs-situs suci Islam lainnya yang berada di Yerusalem Timur.
Sementara semua warganegara Israel yang muslim diperbolehkan untuk masuk dan beribadah di Masjid Al-Aqsa, Israel pada waktu-waktu tertentu menetapkan pembatasan ketat akses masuk ke masjid untuk orang Yahudi, muslim Palestina yang tinggal di Tepi Barat atau Jalur Gaza, atau pembatasan berdasarkan usia untuk warga Palestina dan warganegara Israel keturunan Arab, seperti memberi izin masuk hanya untuk pria yang telah menikah dan setidaknya berusia 40 atau 50 tahun. Wanita Arab kadang-kadang juga dibatasi sehubungan dengan status perkawinan dan usia mereka. Alasan Israel untuk pembatasan tersebut adalah bahwa pria Palestina yang berusia tua dan telah menikah cenderung "tidak menyebabkan masalah", yaitu bahwa secara keamanan mereka lebih tidak beresiko.
Penggalian
Beberapa penggalian di wilayah Masjid Al-Aqsa terjadi sepanjang tahun 1970-an. Tahun 1970, pemerintah Israel memulai penggalian intensif langsung di bawah masjid pada sisi selatan dan baratnya. Pada tahun 1977, penggalian berlanjut dan sebuah terowongan besar dibuka di bawah ruangan ibadah wanita, serta sebuah terowongan baru digali di bawah masjid, mengarah dari timur ke barat pada tahun 1979. Selain itu, Departemen Arkeologi yang berada di bawah Kementerian Agama Israel, juga menggali sebuah terowongan di dekat sisi barat masjid pada tahun 1984.
Pada bulan Februari 2007, Departemen tersebut memulai situs penggalian untuk mencari peninggalan arkeologi di sebuah lokasi di mana pemerintah ingin membangun kembali sebuah jembatan penyeberangan yang runtuh. Situs ini berjarak 60 meter dari masjid. Penggalian memicu kemarahan di banyak negara dunia Islam, dan Israel dituduh telah mencoba menghancurkan pondasi masjid. Ismail Haniya, saat itu Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina dan pemimpin Hamas, menyerukan Palestina untuk bersatu dalam menentang penggalian, sedangkan Fatah menyatakan bahwa mereka akan mengakhiri gencatan senjata mereka dengan Israel. Israel membantah semua tuduhan tersebut, dan menyebutnya sebagai hal yang "menggelikan".
Hingga saat ini Seruan untuk pembangunan kembali Bait Ketiga tetap terus dikumandangkan oleh sebagian orang-orang israel ....
Foto-foto Yerusalem dibawah ini berasal dari tahun 1844 dan diambil oleh fotografer Perancis Joseph Philibert Girault de Prange
Baca Juga:
Sumber: Wikipedia