Dalam kebanyakan kasus, terutama di India, patung-patung dipahat dari batu "lunak" seperti basalt atau tuff vulkanik. Namun dalam beberapa kasus, mereka diukir dari batuan keras seperti batu pasir, atau bahkan granit seperti dalam kasus obelisk Mesir yang belum selesai.
Great Sphinx of Giza, Egypt – limestone
Sphinx Agung Giza (bahasa Arab: أبو الهول Abū al Hūl, bahasa Inggris: The Terrifying One) adalah sebuah patung sfinks besar berbentuk separuh manusia, dan separuh singa yang terdapat di Mesir, di Dataran Giza, tepi barat Sungai Nil, dekat Kairo sekarang. Ini adalah satu dari beberapa patung terbesar di dunia yang terbuat dari satu batu utuh, dengan panjang 73,5 meter, lebar 19,3 meter dan tinggi 20,22 meter. Sfinks adalah patung monumental tertua di dunia yang diketahui dan dipercaya telah dibangun oleh Mesir Kuno pada milenium ketiga SM.
Nama yang digunakan bagi masyarakat Mesir Kuno untuk menyebut patung ini sama sekali tidak diketahui. Nama "sfinks" yang biasa digunakan diambil dari nama makhluk mitologi Yunani dengan tubuh seekor singa, kepala seorang wanita, dan sayap seekor elang, walaupun patung sfinks Mesir memiliki kepala laki-laki. Kata "sfinks" berasal dari bahasa Yunani (bahasa Yunani: Σφιγξ– Sphinx, dari kata kerja σφιγγω — sphingo) yang berarti mencekik, karena sfinks dari mitologi Yunani mencekik orang yang tidak dapat menjawab pertanyaan teka-tekinya.
Bagi beberapa orang, dipercayai bahwa nama ini merupakan perubahan kata dari bahasa Mesir kuno Shesep-ankh, sebuah nama yang diberikan kepada patung bangsawan pada Dinasti Keempat. Pada tulisan-tulisan abad pertengahan, nama balhib dan bilhaw yang menunjuk pada Sphinx dipergunakan, termasuk oleh sejarawan Mesir Maqrizi, yang menyarankan penyusunan bahasa Koptik, tapi istilah Arab-Mesir Abul-Hôl, yang diartikan sebagai "Bapak Teror," lebih banyak digunakan.walaupun diartikan "Bapak Teror", sphinx merupakan salah satu kebudayaan modern dimasanya, dan merupakan kawasan wisata yang diminati.
Abu Simbel, Egypt – sandstone
Kuil besar Ramses II (kiri) dan Kuil kecil Nefertari (kanan) |
Kuil ini sebenarnya dipahat dari tebing batu pasir saat Firaun Ramses II masih berkuasa pada sekitar tahun 1250 SM, sebagai markah tanah terakhir untuknya dan istrinya Nefertari, untuk memperingati kemenangannya pada Pertempuran Kadesh, dan untuk menakuti tetangga Nubia.
Kuil Ramses II |
Kuil Nefertari |
Abu Simbel, monumen terpenting bagi Nubia kuno, tidak diketahui keberadaannya oleh dunia barat hingga 1812, ketika kuil tersebut ditemukan oleh penjelajah Swiss Johann Ludwig Burckhardt (1784-1817). Pada 1964 proyek internasional untuk menyelamatkan Abu Simbel dari peluapan Danau Nasser yang merupakan waduk bagi Bendungan Aswan dimulai. Bagian-bagian dari kuil tersebut dipisahkan, dan pada tahun 1968 dirangkai kembali di situs baru yang terletak 64 m (210 kaki) di atas sungai.
Proyek Internasional ini didanai oleh UNESCO, dan proyek dari penyelamatan Kuil ini juga merupakan cikal bakal terbentuknya Situs Warisan Dunia UNESCO, yang merupakan tempat yang dikategorikan oleh badan PBB, UNESCO sebagai tempat yang penting bagi umat manusia dan harus dilindungi sebagai sebuah Warisan oleh generasi berikutnya.
Unfinished obelisk at Aswan, Egypt – granite
Obelisk yang belum selesai ini adalah obelisk kuno yang dikenal terbesar, terletak di wilayah utara tambang batu Mesir kuno di Aswan (Assuan), Mesir. Belum diketahui pasti, Firaun manakah yang memerintahkan pembuatan struktur ini, namun sebagian ahli mengklaim firaun Hatshepsut lah yang memerintahkan konstruksinya. Obelisk ini hampir sepertiga kali lebih besar daripada obelisk Mesir kuno yang pernah didirikan. Jika selesai maka obelisk ini akan memiliki panjang sekitar 42 m (sekitar 137 kaki) dan berat hampir 1.200 ton. Arkeolog berspekulasi obelisk ini dimaksudkan untuk melengkapi Obelisk yang disebut Lateran yang semula ditempatkan di Karnak dan sekarang berada diluar istana lateran di Roma. (Thutmose III obelisk di Lateran, Roma: 105 ft)
Pembuat obelisk mulai mengukir langsung dari batuan dasar, namun retak muncul di batu granit ini dan proyek itu ditinggalkan. Sisi bawah obelisk masih melekat pada batuan dasar. Obelisk yang belum selesai menawarkan wawasan mengenai teknik penambangan batu Mesir kuno, dengan tanda dari alat pekerja masih terlihat jelas demikian juga dengan garis oranye yang menandai di mana mereka bekerja.
Lalibela, Ethiopia – volcanic tuff
Gereja St George (Amharic:? Bete Giyorgis) merupakan salah satu dari sebelas gereja monolitik di Lalibela, sebuah kota di wilayah Amhara Ethiopia. Awalnya bernama Roha atau Warwar, situs bersejarah dan relijius ini saat ini dikenal dengan nama Lalibela, diambil dari nama Raja Gebre Mesqel Lalibela dari Ethiopia - dianggap tokoh suci oleh Gereja Ortodoks Ethiopia, Tewahedo.
Diukir dari batuan vulkanik merah yang padat di abad ke-12, Gereja St George adalah yang paling terkenal dan terakhir dibangun dari sebelas gereja di daerah Lalibela, dan telah disebut sebagai "Keajaiban Kedelapan Dunia".
Lalibela, Raja Ethiopia, diwaktu mudanya mengunjungi Yerusalem dan kemudian mencoba untuk membangun Yerusalem baru sebagai ibukota kerajaannya dalam menanggapi penaklukan Yerusalem oleh kaum Muslim pada tahun 1187. Gereja-gereja di Lalibela terkelompok dalam dua kelompok besar, satu mewakili Yerusalem duniawi, dan yang lainnya mewakili Yerusalem surgawi. Tepat di antara mereka adalah parit yang mewakili sungai Yordan. Dimensi parit adalah 25 meter x 25 meter dengan kedalaman 30 meter, dan ada kolam baptis kecil di luar gereja, yang berdiri di sebuah parit buatan.
Baca Juga:
Source: Wikipedia