Batubara dapat menyala secara spontan pada suhu agak rendah bila terkena kondisi tertentu dari suhu dan oksigen. Hal ini dapat terjadi secara alami atau proses pembakaran dapat dipicu oleh penyebab lain. Di Jharai, banyak pertambangan dilakukan secara ilegal di tambang terbuka yang berlokasi tepat di sebelah rumah, di jalanan, di jalur kereta api, dan di stasiun itu sendiri. Sejak tambang batubara dinasionalisasi pada tahun 1971, penduduk desa telah mencari penghasilan untuk menyambung hidup dengan mencuri batubara yang kemudian mereka jual di pasar lokal.
Secara konvensional setelah tambangn terbuka selesai ditambang, daerah itu diisi ulang dengan pasir dan air sehingga tanah dapat dibudidayakan lagi. Hal ini belum pernah terjadi di Jharia, yang menyebabkan lapisan batubara langsung kontak dengan oksigen dan terbakar. Setelah lapisan batubara terbakar, dan upaya untuk menghentikannya tahap awal gagal, maka akan terus menyala selama puluhan hingga ratusan tahun, tergantung terutama pada ketersediaan batubara dan oksigen (lihat: Centralia dan Darvaza). Kebakaran di Jharia ini pertama kali terdeteksi pada tahun 1916, dan disebabkan terutama karena penonaktifan yang tidak benar dari tambang yang ditinggalkan. Sejak itu, api besar dibawah tanahdan lebih dari 70 titik api di atas tanah telah dikonsumsi sekitar 41 juta ton batubara kokas, bernilai miliaran dolar, belum lagi sejumlah besar karbon yang dilepaskan ke udara.
Diperkirakan bahwa hampir 1,5 miliar ton batu bara tidak dapat diakses karena api yang terbakar. Jharia akan terus terbakar sampai pencegahan kebakaran yang efektif dan prosedur pemadaman dikembangkan dan diterapkan atau batubara terbakar habis dengan sendirinya. Tapi pemerintah tak peduli. Warga menuduh perusahaan batubatabara nasional, BCCL, membiarkan api membakar, berharap warga akan meninggalkan wilayah itu sehingga dapat memanfaatkan batubara kokas bermutu tinggi senilai 12 juta dolar yang berada di bawah tanah mereka.
Pada tahun 1996, pemerintah melakukan program relokasi besar-besaran untuk memindahkan semua penduduk Jharia dan are sekitarnya ke Belgharia, pemukiman baru sejauh 8 km. Tapi Belgaria tidak memiliki sekolah, tidak ada perawatan medis, tidak ada toko dan tidak ada pekerjaan. Tak heran, banyak yang memutuskan untuk kembali tinggal di Jharia meskipun banyak asap, api dan polusi.
Baca Juga:
Source