Pernah menonton film
The Ghost and the Darkness? Ya film tersebut diangkat dari kisah nyata sebuah peristiwa tragis yang terjadi pada akhir abad ke 19 di Kenya.
|
Singa Tsavo, jenis singa yang tak Berbulu tengkuk |
Wilayah Tsavo terletak di selatan Kenya dekat perbatasan dengan Tanzania di basin sungai Tsavo dekat dengan tempat pertemuan sungai Tsavo dengan Sungai Athi. Wilayah Tsavo telah dihuni selama ribuan tahun oleh kumpulan para pemburu, dan kemudian oleh orang Kamba bergerak melalui daerah penggiringan ternak mereka atau mencari madu. Wilayah ini mencapai ketenaran pada tahun 1898 selama pembangunan jalur kereta api Mombasa-Nairobi, ketika dua ekor singa meneror para pekerja kereta api yang membangun jembatan. Selama periode 10 bulan sepasang singa itu menewaskan sedikitnya 35 orang.
Peristiwa itu diakhiri oleh Letnan Kolonel John Henry Patterson, yang bertanggung jawab atas pembangunan jembatan, setelah melakukan pengintaian dan pemasangan umpan. Boneka tubuh dua singa tersebut sekarang dapat dilihat di Field Museum of Natural History di Chicago.
|
Display Replika Kedua Singa Tsavo di Museum Chicago |
Pada bulan Maret 1898 Inggris mulai membangun jembatan kereta api di atas Sungai Tsavo dipimpin oleh Letnan Kolonel John Henry Patterson. Disebut Uganda Railroad, dan membentang dari Mombasa (saat ini pantai Kenya) ke Danau Victoria, dan kemudian ke Uganda. Selama sembilan bulan pengerjaan konstruksi, dua singa Tsavo (yang tak memiliki bulu tengkuk) jantan, mengintai perkemahan, menyeret pekerja India dari tenda mereka di malam hari dan memangsanya. Para pekerja yang lain kemudian mencoba untuk menakut-nakuti singa dengan membuat api unggun dan boma (perlindungan), atau pagar duri di sekitar kamp mereka untuk melindungi mereka dari singa pemakan manusia tersebut, tetapi tidak berhasil. Singa tersebut dapat melompati atau merangkak melalui pagar duri. Setelah satu persatu pekerja menjadi korban, ratusan pekerja lainnya melarikan diri dari Tsavo, menyebabkan pembangunan jembatan terhenti. Patterson memasang perangkap dan mencoba beberapa kali untuk menyergap singa di malam hari dari sebuah pohon.
Setelah usaha yang gagal berulang-ulang, Patterson mendapat terobosan pertama pada tanggal 9 Desember 1898, ketika ia berhasil menembak singa pertama. Tembakan teersebut mengenai singa di kaki belakangnya, tetapi ia masih bisa melarikan diri. Kemudian, ia kembali di malam hari dan mulai menguntit Patterson saat ia mencoba untuk memburunya. Sebuah tembakan yang mengenai jantung akhirnya membunuh singa itu.
|
Singa Tsavo Pertama yang Dibunuh Patterson |
Singa kedua tewas dua puluh hari kemudian. Patterson harus menembak setidaknya sembilan kali sebelum singa kedua itu mati. Patterson mengatakan bahwa singa itu tetap berusaha memanjat pohon tempat Patterson berada dalam usahanya mencapai Patterson, meskipun telah terkena tembakan berkali-kali.
|
Singa Tsavo Kedua yang dibunuh Patterson |
Kedua ekor Singa tersebut berukuran besar. Yang pertama panjangnya sembilan kaki, delapan inci dari hidung ke ujung ekor dan tingginya tiga kaki sembilan inci saat berdiri. Butuh delapan orang untuk membawa bangkai singa tersebut kembali ke perkemahan. Setelah 25 tahun menghiasi karpet lantai rumah Patterson, kulit singa tersebut akhirnya dijual ke Chicago Field Museum pada tahun 1924 dengan harga US $ 5.000. Saat ini kulit beserta tengkorak asli kedua singa tersebut berada di display permanen Museum di Chicago.
|
Liang Singa Tsavo Pemakan Manusia |
Jumlah pasti orang yang dibunuh oleh singa tidak jelas. Jumlah yang disebutkan Patterson, yaitu 135 korban diyakini dibesar-besarkan. Jumlah sebenarnya mungkin sekitar 35, dengan menganalisis sampel rambut dan tulang singa .
Kisah Singa pemakan manusia ini kemudian banyak dibuat filmnya. Setidaknya ada tiga film Hollywood, termasuk film tahun 1996 yang berjudul
The Ghost and the Darkness di mana Val Kilmer memerankan Patterson.
|
Tengkorak dua singa tsavo yang menimbulkan insiden tahun 1898 di Kenya |
Mengapa Singa-Singa ini Memangsa Manusia?
Hewan Singa pada umumnya tidak memburu dan memangsa manusia. Perilaku memangsa manusia dari singa-singa Tsavo ini kemungkinan dipicu oleh:
~ Wabah penyakit rinderpest (wabah sapi) pada tahun 1898 yang mengurangi secara signifikan mangsa para singa, dan memaksa mereka untuk mencari sumber pangan alternatif.
~ Singa Tsavo mungkin telah terbiasa menemukan mayat manusia di persimpangan sungai Tsavo yang secara rutin dilalui rombongan budak yang diangkut menuju Zanzibar.
~ "Ritual Invitation", yaitu kremasi yang dilakukan pekerja kereta api Hindu, aromanya mengundang para singa.
Baca Juga:
Source: