Tidak ada yang pernah dirugikan oleh salah satu buaya. Buaya dan penduduk desa sama-sama saling menghormati dan penduduk desa percaya bahwa jiwa setiap penduduk asli desa dibawa oleh hewan-hewan ini. Mereka mengklaim bahwa setiap kali ada penduduk asli di desa yang mati, maka akan diikuti oleh kematian salah satu dari buaya suci itu.
Menurut cerita rakyat setempat, di masa lalu ada seorang pemburu yang terjebak antara kolam dan singa yang mengejarnya. Dia membuat tawar-menawar dengan buaya di kolam bahwa ia dan keturunannya tidak akan pernah makan buaya jika buaya membantunya menyeberangi kolam dan melarikan diri dari singa. Buaya menyepakatinya dan membantu pemburu untuk menyeberangi kolam. Pemburu membangun rumah di sana dan mendirikan sebuah desa.
Cerita alternatif menceritakan tentang seseorang bernama Nave, yang meninggalkan rumahnya di Leo, Burkina Faso, dan datang berkelana ke negara itu. Dia tersesat dan ketika mencari air, ia bertemu buaya yang menuntunnya ke kolam. Saat itulah ia memutuskan bahwa tempat itu dia jadikan tempat dimana ia akan menetap dan mendirikan Paga. Karena pertolongan buaya, ia memutuskan bahwa tidak ada keturunannya boleh membunuh buaya.
Tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana buaya-buaya ini bisa ada di kolam di Paga. Kolam ini benar-benar terkurung daratan dan beberapa buaya tertua di kolam tersebut dilaporkan lebih dari 80 tahun.
Sebenarnya ada dua kolam buaya di Paga. Yang pertama yang terletak di jalan raya 12 km dari Navrango disebut sebagai Chief Pond dan yang lainnya adalah Kolam Buaya Zenga, lima menit berkendara dari jalan utama ke perbatasan Paga. Para guide di kolam menggunakan ayam hidup, yang dibeli oleh para wisatawan, untuk memancing buaya keluar dari air dan berjalan ke darat di mana wisatawan dapat mendekati mereka atau berfoto bersama mereka. Kadang-kadang anak-anak dan bahkan orang dewasa akan duduk di atas buaya dan berfoto.
Baca Juga:
Source