Foto udara yang diambil oleh National Geographic menunjukkan hutan di mana City Of The Monkey God diduga berada
Legenda Kota yang Hilang
La Ciudad Blanca adalah kota legendaris yang dikatakan berada di hutan hujan perawan Mosquitia di Honduras timur. Conquistador Spanyol Hernán Cortés melaporkan mendengar informasi yang dia sebut "dapat dipercaya" tentang reruntuhan kuno, tetapi tidak pernah menyebut letaknya. Pada tahun 1927, pilot Charles Lindbergh melaporkan melihat monumen dibangun dari batu putih saat berada di atas Honduras timur.
Ilustrasi dari Kuil dengan patung besar monyet dari kota yang hilang
Pada 1930-an, ada rumor tempat di Honduras disebut "Kota Dewa Monyet", yang disamakan dengan Ciudad Blanca, dan pada tahun 1939 petualang Theodore Morde mengklaim telah menemukan dan membawa ribuan artefak kembali ke Amerika Serikat untuk membuktikannya. Menurut Morde, masyarakat adat mengatakan patung raksasa dewa monyet terkubur di sana. Dia tidak pernah mengungkapkan lokasi yang tepat dari temuannya itu karena takut situs itu akan dijarah dan meninggal sebelum kembali ke situs untuk penggalian yang lebih intensif.
Pada tahun 1952, penjelajah Tibor Sekelj mencari The White City dalam sebuah ekspedisi yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan Honduras, namun kembali dengan tangan kosong. Investigasi dilakukan pada 1990-an menyusul laporan dari legenda di media populer dan pada tahun 2012 penemuan signifikan pertama dibuat.
Survei udara Mengungkapkan Monumen Buatan Manusia
Pada bulan Mei 2012, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh pembuat film dokumenter Steve Elkins, melakukan survei udara di la Mosquitia, Honduras, menggunakan teknologi penginderaan jauh (LIDAR). Hasil Scan mengungkapkan bukti fitur buatan manusia membentang selama lebih dari satu mil pada sebuah lembah. Penemuan ini memancing ketertarikan banyak orang karena ini merupakan kemungkinan penemuan Kota yang Hilang, Dewa Monyet. Pada Mei 2013, analisis LIDAR tambahan mengidentifikasi fitur arsitektur besar di bawah kanopi hutan, yang kemudian dirasa sudah waktunya untuk melakukan eksplorasi darat untuk mengkonfirmasi hasil.
Tim dari University of Houston dan National Center for Airborne Laser Mapping menghasilkan peta topologi digital 3D ini yang ketika diperiksa menunjukkan plaza buatan manusia (diberi tanda lingkaran merah)
Penerbangan pertama para peneliti di atas wilayah dan menangkap gambar pepohonan (atas), dan kemudian mampu 'melihat' bentuk tanah di bawahnya (gambar bawah)
Eksplorasi Darat Mengkonfirmasi Keberadaan Reruntuhan Kuno
Sebuah tim arkeolog yang dipimpin oleh Christopher Fisher, seorang ahli Mesoamerika dari Colorado State University, baru saja menyelesaikan survei darat dari situs yang diidentifikasi oleh scanning udara dan telah mengumumkan berita menarik bahwa mereka telah menemukan sebuah kompleks yang luas yang terdiri dari pekerjaan tanah, plaza , patung piramida, saluran irigasi, waduk, gundukan, dan batu yang sudah terbaring tak tersentuh sejak kota itu ditinggalkan berabad-abad, bahkan mungkin ribuan tahun, lalu.
Blok batu ini bisa jadi sisa kuil yang dibangun di Lost City of Honduras ribuan tahun yang lalu
"Berbeda dengan peradaban Maya, peradaban yang lenyap ini hampir tidak pernah dipelajari dan tetap hampir tidak dikenal," tulis National Geographic. "Para arkeolog bahkan tidak memiliki nama untuk peradaban ini."
Sejauh ini, tim telah menemukan 52 artefak yang mencuat dari tanah, termasuk batu kursi upacara dan bejana yang dihiasi dengan hewan dan tokoh zoomorphic. Namun, mereka percaya ribuan lainnya mungkin terkubur di bawah permukaan tanah.
National Geographic melaporkan: "Objek yang paling mencolok muncul dari tanah adalah sebuah kepala yang diduga adalah kepala manusia-jaguar, mungkin menggambarkan seorang dukun dalam keadaan dimasuki roh. Atau, artefak itu mungkin terkait dengan permainan bola ritual yang merupakan ciri dari kehidupan pra-Columbus di Mesoamerika."
Oscar Neil Cruz, kepala arkeolog di Institute of Anthropology and History (IHAH), dan anggota tim peneliti, menunjukkan bahwa artefak itu kemungkinan bertanggal kembali ke 1000-1400 M, meskipun hal ini tidak dapat dipastikan sampai analisis lebih lanjut dilakukan.
Para arkeolog percaya bahwa reruntuhan tersebut tidak hanya dari satu kota yang hilang, seperti yang dijelaskan dalam legenda, tapi hutan hujan Mosquitia mungkin rumah bagi banyak kota-kota kuno, yang mewakili jejak-jejak terakhir dari peradaban yang hilang. Seorang Ethnobotanist yang ikut ekspedisi, Mark Plotkin, kepada National Geographic mengatakan "Penemuan terbaru ini mungkin hanya awal dalam menggali jejak dari budaya yang tak begitu dikenal.
Baca Juga:
Source: dailymail.co.uk